KOMPAS.com - Gowes atau bersepeda menjadi hobi baru di kalangan publik dalam beberapa bulan terakhir tepatnya pada masa pandemi virus corona.
Di Jakarta, Jembatan Kuningan menjadi salah satu spot favorit bagi para pesepeda yang berdomisili di Jabodetabek untuk melintas.
Selain karena rute, Jembatan Kuningan yang membelah kawasan Rasuna Said dan Menteng itu menjadi favorit karena para pesepeda bisa mendapatkan foto terbaik ketika mengayuh pedal sepeda.
Bagaimana tidak, para pesepeda bisa mendapatkan background foto alami yang estetik, yakni penyangga jalan berlekuk hingga pilar-pilar penyangga rel LRT.
Foto pesepeda melintas di Jembatan Kuningan pun menjadi viral di berbagai platform media sosial.
Baca juga: Balap Sepeda Utama Australia Dibatalkan
Fenomena pesepeda yang sering melintas di Jembatan Kuningan kemudian dimanfaatkan banyak fotografer olahraga Ibu Kota untuk mencoba peruntungan.
Hampir setiap hari selalu ada fotografer berjejer di Jembatan Kuningan untuk mengabadikan para pesepeda yang melintas.
Pada akhir pekan, jumlah fotografer yang mangkal di Jembatan Kuningan selalu meningkat hingga mencapai belasan.
Mereka tidak sedang mencari portofolio. Sebab, sebagian besar dari mereka adalah profesional di bidangnya, khususnya fotografi.
Mereka memilih mangkal di Jembatan Kuningan untuk berjuang "hidup kembali" setelah terkena dampak pandemi virus corona.
Dengan menawarkan foto-foto secara eceran, semangat para fotografer ini mulai bergairah.
Lalu, mengapa harus Jembatan Kuningan yang dipilih?
Baca juga: Ketua PB ISSI Punya 2 Misi pada Kongres Federasi Balap Sepeda Internasional
Sebelum bersepeda hits, Jembatan Kuningan memang selalu menjadi spot buruan fotografer untuk mengabadikan pelari yang mengikuti lomba seperti Jakarta Marathon atau Milo Jakarta International 10K.
Setidaknya, ada dua orang yang merintis dan menjadikan tempat itu menjadi “Jembatan Fotografer”.
Pertama, Cahyo Agung Nugroho pemilik akun Instagram @cnugroho, mantan jurnalis, yang kini menekuni dunia fotografi.