Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Akan Buat Rel Melayang untuk Bangun Pangkalan di Bulan

Kompas.com - 09/05/2024, 11:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - NASA ingin membangun pangkalan di Bulan, salah satu hal pertama yang diperlukan untuk itu adalah sistem transportasi muatan.

Untuk membawa material dari Bumi, NASA membayangkan sistem rel magnetis yang otonom. Berdasarkan rencana saat ini, sistem ini dapat tersedia segera pada tahun 2030.

Sistem rel di Bulan

Sistem rel di Bulan hanyalah salah satu proyek yang sedang dilaksanakan sebagai bagian dari program NASA Innovative Advanced Concepts (NIAC). Program ini bertujuan untuk memelihara dan mendukung proyek visioner yang dapat merevolusi eksplorasi ruang angkasa.

NASA telah memilih enam studi konsep untuk penelitian dan pengembangan tambahan, dan salah satunya adalah rail melayang atau Flexible Levitation on a Track (FLOAT).

FLOAT bertujuan untuk menggunakan robot magnetis yang melayang di atas lintasan film fleksibel. Proyek ini dipimpin oleh Ethan Schaler dari Jet Propulsion Laboratory NASA, California Selatan.

Baca juga: Kenapa Sulit Mengirim Kembali Manusia ke Bulan?

Film ini terdiri dari lapisan grafit yang memungkinkan robot melayang secara pasif melalui levitasi diamagnetik, lapisan sirkuit fleksibel yang menciptakan daya dorong elektromagnetik untuk pergerakan terkontrol di sepanjang lintasan, dan lapisan panel surya opsional yang menghasilkan daya untuk stasiun pangkalan saat terkena sinar matahari.

Berbeda dengan robot yang menggunakan roda, kaki, atau lintasan, robot FLOAT tidak memiliki bagian yang bergerak dan akan melayang di atas lintasan. Oleh sebab itu, FLOAT dapat mengurangi abrasi dan keausan akibat debu bulan. Hal ini membuat FLOAT jauh lebih efisien dibandingkan sistem rel konvensional untuk aplikasi di Bulan.

NASA fokus membangun pangkalan di Bulan

FLOAT memiliki dua kegunaan utama, yakni untuk mengangkut muatan ke dan dari pangkalan di Bulan dan untuk mengangkut regolit (tanah dan batuan bulan) yang akan ditambang sendiri oleh pangkalan tersebut.

Menurut proyek yang direncanakan, robot individu akan mampu mengangkut muatan hingga 100 ton per hari, dengan kecepatan lebih dari 2 km/jam. Untuk pengaturan bulan, ini adalah kecepatan yang efektif.

Proyek ini juga tidak memerlukan banyak persiapan, dan pada dasarnya dapat dipindahkan bergantung pada kebutuhan misi. Bahkan, di lingkungan Bulan yang sulit sekalipun, FLOAT harusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan pangkalan.

Baca juga: NASA Estimasikan Waktu Kedatangan Asteroid Berukuran 173 Mil ke Bumi

Fleksibilitas dan otonomi ini sangat penting bagi NASA, yang semakin serius membangun pangkalannya di Bulan, terutama dengan program Artemis.

Artemis akan menandai kembalinya NASA melakukan eksplorasi bulan berawak untuk pertama kalinya sejak program Apollo yang berakhir pada tahun 1970an. Inisiatif ambisius ini tidak hanya akan mengembalikan manusia ke bulan, tetapi juga membangun kehadiran yang berkelanjutan di Vulan.

Selain eksperimen ilmiah, pangkalan tersebut diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk misi lain di tata surya, khususnya yang ditujukan ke Mars.

Saat ini, proyek FLOAT telah melewati tahap 1 dan kini akan melanjutkan ke tahap 2. NASA akan mendanainya dengan biaya $600.000. Pada fase ini, peneliti akan mempelajari dampak faktor lingkungan (suhu, radiasi, dan kontaminasi tanah) terhadap kinerja dan umur sistem.

Pada akhir fase ini, para peneliti ingin memiliki prototipe yang berfungsi di Bumi dalam kondisi yang mensimulasikan Bulan. Jika semuanya berjalan sesuai rencana, protek ini akan berjalan dalam waktu sekitar satu dekade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com