Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kebiasaan dapat Terbentuk? Sains Jelaskan

Kompas.com - 09/01/2023, 19:01 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Setiap dari kita pasti memiliki kebiasaan yang selalu dilakukan secara berulang, baik itu kebiasaan yang baik maupun buruk. Misalnya, kebiasaan sederhana seperti menggigit jari, kebiasaan malas gerak (mager) atau kebiasaan bangun siang.

Akan tetapi, tahukah Anda bahwa sains bisa menjelaskan bagaimana kebiasaan terbentuk.

Kebiasaan adalah rutinitas atau ritual yang tidak disadari, atau yang telah menjadi sifat alami kita yang dilakukan secara otomatis, dilansir dari Healthline, Senin 9/1/2023).

Secara umum, kebiasaan merupakan praktik yang diulang secara teratur, sehingga sulit untuk diubah.

Sebuah kebiasaan, mungkin tidak kita sadari, seperti menggoyangkan kaki saat duduk, atau menjilat lidah ketika Anda dipaksa untuk bicara di depan umum.

Secara ilmiah, kebiasaan terbentuk oleh adanya sistem saraf sensorik kita yang akan selalu memantau tindakan yang dapat dilakukan yang akan menghasilkan dopamin, yakni hormon kebahagiaan atau kesenangan.

Hormon dopamin dapat diibaratkan sebagai hadiah untuk otak kita, yang terhubung untuk mencari kesenangan.

Baca juga: Misteri Tubuh Manusia : Kenapa Ngiler Jadi Kebiasaan saat Tidur?

“Kebiasaan apa pun yang kita kembangkan adalah karena otak kita dirancang untuk menangkap hal-hal yang menghadiahi kita dan menghukum kita,” jelas Dr. Sanam Hafeez, seorang psikolog klinis dan neuropsikolog yang berbasis di New York City.

Pada saat otak mengenali suatu pola, semacam hubungan antara tindakan dan kepuasan, informasi itu pun disimpan dengan rapi di area otak yang disebut basal ganglia.

Bagian otak tersebut juga berperan dalam pengembangan emosi dan ingatan kita, namun ini bukan tempat untuk mengolah keputusan sadar yang disebut korteks prefrontal. Inilah alasan yang mungkin membuat suatu kebiasaan begitu sulit untuk dihilangkan.

Ingatan dan kebiasaan yang kita miliki hingga tak kita sadari ini berasal dari wilayah otak yang berada di luar kendali sadar, sehingga kita hampir tidak sadar sedang melakukannya.

Di masa awal kehidupan manusia, mungkin hal ini sangat bermanfaat. Sebab, itu menjadi pusat penghargaan di otak kita sebagai alat bertahan hidup yang membantu kita mencari hal-hal yang kita butuhkan untuk bertahan hidup.

Kendati demikian, di dunia era modern ini, pencarian terus-menerus untuk pengalaman yang menyenangkan dapat mendorong kita ke kebiasaan yang kurang bermanfaat.

Baca juga: Ahli: Perempuan Punya Peran Besar Optimalkan Perilaku Adaptasi Kebiasaan Baru

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com