Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Gempa Banten M 8,7 dan Tsunami Ancam Cilegon, BMKG Paparkan Risikonya

Kompas.com - 16/02/2022, 17:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa Kota Cilegon memiliki tingkat kerentanan tinggi atas ancaman jika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami di Banten.

Hal ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, usai Rakor bersama Pemprov Banten dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten baru-baru ini.

“Letak Cilegon yang berada di ujung barat Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda selain strategis juga memiliki risiko bencana yang cukup besar jika sewaktu-waktu terjadi gempa bumi dan tsunami,” kata Dwikorita, Rabu (16/2/2022).

Sumber potensi gempa bumi dan tsunami

Seperti yang diketahui, wilayah Banten memang seringkali diguncang gempa bumi, baik dengan magnitudo di bawah 5.0 maupun di atas itu.

Baca juga: Mengenal Ring of Fire, Penyebab Indonesia Rawan Gempa

Beberapa gempa tersebut bahkan termasuk gempa merusak, karena berdampak pada robohnya bangunan di sekitar pusat gempa dan memicu gelombang laut tinggi, serta cakupan getaran gempa juga terasa sampai di beberapa provinsi lainnya seperti Jakarta, Jawa Barat, Lampung dan Jawa Tengah.

BMKG mencatat terdapat 4 sumber potensi gempa bumi dan tsunami di area tersebut yaitu

  1. Zona Sumber Gempa Megathrust berstatus rawan gempabumi dan tsunami
  2. Zona Sesar Mentawai, Sesar Semangko, dan Sesar Ujung Kulon berstatus rawan gempa bumi dan tsunami
  3. Zona Graben Selat Sunda berstatus rawan longsor dasar laut yang dapat membangkitkan tsunami, dan
  4. Gunung Anak Krakatau yang mana jika terjadi erupsi juga dapat memicu tsunami.

Risiko dampak di Kota Cilegon

Berdasarkan pemodelan yang dilakukan BMKG, lanjut Dwikorita, jika terjadi gempa yang bersumber di Zona Megathrust Selat Sunda, maka terdapat potensi gempa dengan kekuatan mencapai magnitudo 8,7.

Baca juga: Gempa Bumi: Penyebab, Jenis, Karakteristik, hingga Dampaknya

Diperkirakan kawasan Cilegon akan terdampak guncangan mencapai skala intensitas VI-VII MMI, yang dapat menimbulkan kerusakan ringan, sedang, hingga berat.

Dengan potensi gempa bumi yang mencapai magnitudo maksimum 8,7, maka potensi tsunami tertinggi diperkirakan mencapai 8,28 m di sekitar kawasan Pelabuhan Merak (Kota Cilegon).

Hal ini dikarenakan posisi pelabuhan berada pada Teluk yang menghadap celah sempit (selat) berseberangan dengan Pulau Merak Besar, yang memungkinkan terjadinya amplifikasi atau penguatan gelombang tsunami di lokasi tersebut.

Adapun genangan tsunami diperkirakan mencapai jarak terjauh sekitar 1,5 km dari tepi pantai di Kelurahan Tegalratu, Kecamatan Ciwandan dan Kelurahan Warnasari, Kecamatan Citangkil di Kota Cilegon, yang merupakan kawasan dengan topografi landai.

“Bencana ikutan akibat gempa bumi dan tsunami juga berpotensi terjadi di kawasan industri Cilegon, berupa kebakaran, sebaran zat kimia berbahaya, ledakan bahan kimia, ataupun tumpahan minyak,” imbuhnya.

Risiko dampak bencana gempa bumi dan tsunami di wilayah Banten ini dianggap cukup mengkhawatirkan, terlebih selama ini Cilegon dikenal sebagai kota industri lantaran banyaknya industri penting di kota tersebut.

Baca juga: Seismograf, Penemuan Alat Deteksi Gempa yang Pertama Kali Digunakan di China

Tidak hanya itu, kata Dwikorita, di Cilegon juga terdapat berbagai macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant, (Rencana) Pembangunan Jembatan Selat Sunda dan (Rencana) Kawasan Industri Berikat Selat Sunda.

Apabila terjadi gempa bumi kuat yang diikuti tsunami, maka Kawasan Industri Cilegon ini menyimpan potensi bahaya berupa bencana kegagalan teknologi yang dapat menimbulkan kerugian berupa kerusakan infrastruktur, lingkungan, penyakit, cidera, bahkan kematian pada manusia.

“Artinya, ada multi ancaman yang membahayakan masyarakat Kota Cilegon dan sekitarnya saat terjadi gempabumi kuat yang diikuti tsunami,” tuturnya.

Oleh karena itu, Dwikorita pun mengungkapkan sejumlah catatan untuk Pemerintah Provinsi Banten terkait risiko bencana gempa bumi dan tsunami.

Catatan-catatan ini antara lain upayakan untuk rutin melakukan pengecekan jalur dan sarana evakuasi, pemasangan rambu, pemasangan sirine, penyusunan standar operasional prosedur (SOP) bersama kawasan industri, dan penyusunan penetapan aturan (Pergub) terkait bangunan tahan gempa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com