Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Psychotic Break, Gangguan Mental yang Dialami Lady Gaga Pasca-diperkosa

Kompas.com - 23/05/2021, 21:43 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Sumber WebMD,NAMI

KOMPAS.com - Penyanyi asal Amerika, Lady Gaga baru-baru ini mengungkap trauma masa lalunya. Mulai dari saat dirinya menjadi korban perkosaan seorang produser di industri musik dan hamil di usia 19 tahun hingga mengalami psychotic break.

Peristiwa yang menyakitkan itu membuatnya mengalami sakit kronis dan psikiater mendiagnosis Lady Gaga mengalami post traumatic stress disorder (PTSD). Tak jarang muncul keinginan untuk melukai dirinya sendiri.

Tak berhenti di situ, akibat dari sakit fisik dan trauma itu dia didiagnosis total psychotic break.

Baca juga: Pilu, Pengakuan Lady Gaga Pernah Diperkosa Produser Musiknya hingga Hamil

Melansir National Alliance on Mental Illness (NAMI), psychotic break cenderung bermakna negatif, karena dianggap sebagai pemutusan yang tiba-tiba dari kenyataan. Tapi, lebih tepatnya kondisi ini adalah bagian dari psikosis,

Banyak faktor yang dapat menyebabkan psikosis, termasuk genetika, trauma, penggunaan zat dan obat terlarang, penyakit fisik, cedera, atau kondisi kesehatan mental. Namun demikian, masih belum ditemukan mengapa dan bagaimana psikosis berkembang.

“Apa yang kami ketahui adalah bahwa selama episode psikosis, otak pada dasarnya berada dalam kondisi stres yang berlebihan,” kata Chantall Garrett, direktur Partners for StrongMinds.

Garrett mengingatkan, banyak orang seringkali tidak mengenali gejala psikosis - seperti sulit tidur, sulit memahami apa yang orang katakan, atau melihat bayangan - sampai mencapai titik krisis.

Sementara WebMD menyebut, gangguan psikotik ini biasanya merupakan reaksi terhadap peristiwa yang sangat mengganggu.

Gejala

Ada dua gejala umum psychotic break, yaitu:

1. Halusinasi

Penderita psychotic break mungkin mendengar suara-suara, melihat hal-hal yang tidak ada, atau merasakan sensasi di kulitnya meskipun tidak ada yang menyentuh tubuhnya.

2. Delusi

Ini adalah keyakinan yang salah bahwa seseorang menolak untuk menyerah, bahkan di hadapan fakta.

Selain dua gejala itu, ada beberapa gejala lain yang mungkin muncul. Berikut di antaranya:

- Pikiran kacau
- Pidato atau bahasa yang tidak masuk akal
- Perilaku dan pakaian yang tidak biasa
- Masalah dengan memori
- Disorientasi atau kebingungan
- Perubahan kebiasaan makan atau tidur, tingkat energi, atau berat badan
- Tidak bisa membuat keputusan

Baca juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia, WHO Sebut 1 Miliar Orang Hidup dengan Gangguan Mental

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com