JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Federasi Serikat Musisi Indonesia (FESMI), Yovie Widianto mengatakan, pihaknya sedang memperjuangkan standar pendapatan minimum para seniman dan pekerja seni.
Yovie mengatakan saat ini sebagian besar anggota FESMI adalah penyanyi dan pemusik yang rata-rata main di kafe dan acara pernikahan.
“Masalah yang klasik tentunya yang harus juga diperjuangkan oleh kami adalah kita mempunyai standar pendapatan minimum para seniman dan pekerja seni,” kata Yovie Widianto di Senayan, Jakarta Pusat, Senin (6/11/2023).
Yovie melihat banyak musisi yang tidak mengetahui upah minimum bagi mereka ketika tampil di daerah masing-masing.
Karena itu, kata Yovie, harus ada aturan tertentu tentang upah minimum untuk para musisi.
Dengan begitu, para musisi tidak hanya mengharapkan pemberian dari para penonton yang hadir.
“Kondisi daerah dan melihat standar minimalnya ada berapa. Kalau weeding berapa, kalau main di kafe minimal berapa. Jadi enggak ada yang kosong, cuma dari saweran. Kan kasihan kalau enggak ada yang datang,” ucap Yovie.
“Kalau enggak ada yang ngasih gimana? Mereka udah kerja tiga sampai empat jam tapi enggak dapat apa-apa. Minimal para pengusaha yang punya kafe, restoran dan sebagainya punya kepastian juga mereka harus bayar berapa,” lanjut Yovie.
Menurut Yovie, bayaran untuk pekerja seni, khususnya musisi, ada upah minimum sesuai dengan aspek tertentu. Termasuk, upah minimum itu mengikuti kepopuleran musisi tersebut.
“Kalau di seni itu kan ada tingkat profesionalisme, tingkat jam terbang, tingkat popularitas. Itu mempengaruhi nilai-nilai tersebut. Tapi seenggaknya ada nilai minimal yang bisa melindungi para pekerja seni,” tutur Yovie Widianto.
Yovie berharap dengan adanya aturan soal upah minimum, para musisi bisa sejahtera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.