Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Review A Haunting in Venice, Perpaduan Pas Whodunit dan Horor

Kompas.com - 13/09/2023, 20:30 WIB
Ady Prawira Riandi,
Andi Muttya Keteng Pangerang

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika ditanya apa elemen terbaik untuk disuntikkan ke dalam film bergenre whodunit, mungkin jawabannya adalah horor.

Whodunit atau whodunnit (singkatan dari Who has done it?) adalah genre fiksi detektif yang digerakkan oleh plot yang kompleks di mana teka-teki tentang siapa yang melakukan kejahatan adalah fokus utamanya.

Horor ternyata bisa memberikan benturan dan sentuhan yang menyenangkan untuk whodunit.

Hal itu dibuktikan oleh Kenneth Branagh dalam film A Haunting in Venice.

Baca juga: Review: One Piece Live-action

A Haunting in Venice bercerita tentang Hercule Poirot (Kenneth Branagh), detektif Belgia, yang memutuskan untuk pensiun dan menikmati masa tuanya di Venesia, Italia.

Hidupnya sudah tenang karena Poirot tak lagi memikirkan kasus-kasus untuk dipecahkan.

Hingga suatu hari, Poirot bertemu teman lamanya Ariadne Oliver (Tina Fey), seorang penulis yang sedang penasaran dengan ritual pemanggilan arwah Joyce Reynolds (Michelle Yeoh).

Pada malam Halloween, Oliver mengajak Poirot untuk menyaksikan secara langsung ritual pemanggilan arwah dari Reynolds di rumah Rowena Draka (Kelly Reilly) yang masih dirundung duka karena anak perempuannya meninggal.

Baca juga: Ada Kecoak Saat Asik Review Makanan, Nex Carlos: Random Banget Dia Terbangnya

Diangkat dari novel Hallowe'en Party karya Agatha Christie, A Haunting in Venice memadukan misteri pembunuhan yang harus dipecahkan oleh Hercule Poirot dengan unsur supernatural.

Genre whodunit mendapatkan dampak lebih baik ketika dibenturkan dengan genre horor/supernatural.

Hercule Poirot yang tak percaya akan Tuhan harus memecahkan sebuah misteri kematian yang diduga diakibatkan oleh gangguan arwah jahat.

Secara garis besar, Poirot yang mengacu para rasional dan ilmu pengetahuan sulit untuk menerima penjelasan bahwa ada seseorang meninggal dunia karena diganggu oleh arwah jahat.

Baca juga: Review Film Galaksi, Formula Repetitif dengan Sentuhan Berbeda

Hal ini membawa penonton untuk masuk ke dalam cerita dan memilih pegangan di antara Poirot atau Reynolds.

Di tengah kebingungan menentukan arah pilihan, penonton juga dikejutkan dengan jumpscare kecil yang tak diduga hadir dalam A Haunting in Venice.

Jumpscare itu memberikan nuansa yang lebih segar jika dibandingkan dengan dua film Poirot sebelumnya, yaitu Death on the Nile dan Murder on the Orient Express.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com