Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal dari Sakit Kepala, Nita Thalia Ungkap Habiskan Rp 5 Miliar untuk Obati Kerusakan Saraf Otak

Kompas.com - 12/10/2022, 08:40 WIB
Rintan Puspita Sari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Berawal dari memandang remeh sakit kepala yang diderita selama bertahun-tahun, Nita Thalia ungkap harus keluarkan uang lebih dari Rp 5 miliar untuk obati kerusakan saraf otak yang dialaminya.

Pertama kali didiagnosa dengan kerusakan saraf otak lima tahun lalu, Nita Thalia masih menganggapnya remeh.

"Jadi sering banget sakit kepala, tapi dibiarin, karena 'ah sudah lah, sakit kepala biasa ini mah minum obat warung,'" kata Nita dikutip dari tayangan Brownis Trans tv.

Baca juga: Alami Kerusakan Saraf Otak, Nita Thalia: Awal Mulanya Terlalu Tegang Pikiran

"Setelah diperiksa ternyata aku didiagnosa dokter kerusakan saraf otak," sambungnya.

Kondisinya saraf otaknya itu diibaratkan oleh dokter seperti kabel tergulung akibat pikiran yang tidak rileks dan bisa membuat penderitanya tiba-tiba pingsan.

Fatalnya jika mereka pingsan di tempat yang tidak aman dan membahayakan bagian kepala, bisa mengakibatkan stroke, koma hingga kematian. 

Saat lima tahun lalu ke dokter, sakit yang dideritanya masih ada di level dua dan dia hanya perlu jalani terapi dua minggu sekali.

Baca juga: Setahun Menghilang, Nita Thalia Ungkap Alami Kerusakan Saraf Otak

Tapi Nita memilih kabur disaat terapi baru enam kali dijalani karena merasa dirinya sudah jauh lebih baik.

Sampai akhirnya dia kembali mengalami sakit kepala tak tertahankan di tahun 2021. Setelah diperiksa dokter, ternyata penyakitnya telah memasuki level 4 atau level terakhir.

Dokter kemudian menyarankan agar Nita menjalani terapi dan istirahat total. Terapi yang disarankan dokter rupanya membuat Nita takut. 

Ini karena dokter mengatakan saat 10 kali terapi tak menunjukkan keberhasilan, maka Nita harus menjalani pembedahan otak. 

Nita kemudian memilih mencari alternatif lain dan dipilih Singapura. Bukan karena gengsi, tapi karena ada teman yang juga membantunya di sana untuk menyediakan tempat tinggal dan mengurus terapi. 

"Kurang lebih (habis) di atas Rp 5 M (miliar). Bukan berarti enggak mau berobat di Indonesia, dokter di sini bagus semua, cuma pengin cari alternatif," kata Nita.

"Karena menurut dokter yang di sini kalau 10 kali terapi enggak ada perkembangan, harus bedah otak, akunya jadi parno (seram)," imbuh Nita.

Meskipun awalnya ragu karena memikirkan biaya yang harus dikeluarkan, Nita merasa bersyukur ada teman yang membantunya selama menjalani pengobatan di Singapura.

"Alhamdulillah jalan yang diberikan Allah mudah aja," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com