JAKARTA, KOMPAS.com - Komika Gusti Muhammad Abdurrahman Bintang Mahaputra alias Bintang Emon menyoroti maraknya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan di Tanah Air.
Bintang Emon juga ikut menyinggung soal kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh guru pesantren di Bandung, Jawa Barat, berinisial HW kepada belasan santriwatinya.
Melihat bukti adanya kasus pelecehan seksual di lingkungan pendidikan agama membuat Bintang Emon menganggap bahwa pihak yang salah dalam kejahatan ini adalah laki-laki.
Di luar dari upaya pencegahan perempuan dengan memakai pakaian tertutup serta tidak keluar rumah, bagi Bintang Emon, pencegahan utama tetap ada pada diri laki-laki.
Baca juga: Tak Bisa Jawab Soal Matematika dari Jerome Polin, Bintang Emon Minta Maaf pada Gurunya
"Itu yang di pesantren badannya kurang ketutup kain bagaimana itu? Kudu banget mukanya ketutupan kain juga biar kayak mumi baru?" kata Bintang Emon dikutip Kompas.com dari Twitter @bintangemon, Jumat (10/12/2021).
"Gue setuju pencegahan tuh harus dilakukan, tapi kita harus sadar bahwa yang salah tuh lakinya," lanjut dia.
Bintang Emon lantas mengumpamakan laki-laki bejat tersangka kasus pelecehan seksual sebagai manusia di antara teori Darwin.
Ia menganggap para tersangka pelecehan seksual sebagai manusia setengah kera lantaran otak mereka tidak digunakan sebagaimana layaknya manusia berpikir.
"Otaknya original kera, yang kalau nafsu langsung dilampiasin," kata dia.
Padahal, lanjut Bintang, tanpa melakukan pelecehan seksual seperti cat calling hingga pemerkosaan, para laki-laki akan tetap hidup.
Berbeda dengan kasus ketika manusia akan kesulitan bertahan hidup tanpa makan dan minum.
"Kita enggak cat calling tuh ternyata enggak meninggal," ujar dia.
Baca juga: Bintang Emon Cerita tentang Mimpi Kecilnya hingga Proses di Balik DPO
Komika kelahiran Jakarta, 5 Mei 1996 itu menyayangkan aksi bejat yang dilakukan para pria di luar sana.
Tidak peduli pencegahan sebesar apa pun, nyatanya kasus pelecehan seksual tetap ada.
"Harus sampai gimana perempuan-perempuan kita jaga diri? Itu harus sampai kayak gimana sih? Badannya harus sampai ditutupin kain berlapis-lapis gitu? Sampai kayak gulungan bahan di Tanah Abang? Atau di rumah sendiri kita harus nyewa satpam biar merasa aman?" tanya dia.