Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gapai Cita-cita Jadi Sutradara, Joko Anwar Pernah Jadi Wartawan, tapi...

Kompas.com - 15/06/2021, 22:17 WIB
Vincentius Mario,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum menjadi sutradara terkenal, Joko Anwar pernah bekerja sebagai wartawan di salah satu media besar di Jakarta.

Di sana, Joko Anwar pernah ditempatkan untuk meliput berita seputar isu nasional hingga metropolitan.

Saat berbincang bersama Vincent Rompies dan Desta, Joko Anwar mengungkap cerita tersebut.

Semua berawal dari keinginannya menjadi sutradara. Lulus dari ITB, Joko Anwar hijrah ke Jakarta.

Namun, ia gagal mendapatkan pekerjaan di sejumlah Production House (PH).

Baca juga: Joko Anwar Bicara soal Film Baru dan Masa Depan Jagat Sinema Bumilangit

Oleh karenanya, Joko Anwar mencoba jadi wartawan dengan tujuan lebih dekat dengan dunia perfilman.

Sayangnya, bayangnya tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Pasalnya, ia ditempatkan di desk nasional hingga metropolitan.

"Gue kira jadi wartawan itu bisa meliput apa saja. Ternyata, jadi wartawan itu ada desknya," kata Joko Anwar dikutip dari kanal YouTube VINDES, Selasa (15/6/2021).

"Desk pertama gue adalah nasional, termasuk politik. Akhirnya, gue sering nongkrongnya di Ciganjur," ujarnya melanjutkan.

Baca juga: Awal Mula Joko Anwar Ingin Jadi Sutradara, karena Kerap Nonton di Bioskop

Padahal, sutradara berusia 45 tahun ini berseloroh, menjadi wartawan karena ingin dekat dengan dunia perfilman.

Bahkan, kata Joko Anwar, usahanya untuk dapat meliput tentang perfilman kerap menemui jalan buntu.

"Waktu itu gue minta liputan soal film. Tapi editor gue bilang 'kalau liput tentang film itu desk feature. Untuk jadi reporternya harus belajar lagi'," ungkap Joko Anwar.

Tiga bulan berkarier di desk Nasional, Joko Anwar dipindahkan ke desk Metropolitan.

Baca juga: Terlanjur Janji, Joko Anwar Pernah Nekat Bugil ke Minimarket

"Tiga bulan kemudian gue ditempatkan di desk metro. Gue tiap hari di Polda Metro Jaya. Gue nunggu berita, ada rampok, pembunuhan dan segala macam gitu," tutur Joko Anwar.

Merasa tak mencapai tujuannya, Joko Anwar mulai membuat review film yang diterbitkan di medianya.

Sayangnya, Joko Anwar mengatakan banyak dibenci karena kritik dalam review filmnya.

Hingga akhirnya, ia mewawancarai Nia Dinata. Mulai saat itulah, jalannya di industri perfilman mulai terbuka.

Kini, nama Joko Anwar dikenal sebagai salah satu sutradara horor ternama yang dimiliki Tanah Air.

Beberapa film karyanya mendapat penghargaan bergengsi baik di dalam maupun luar negeri.

Baca juga: Sempat Frustrasi, Hidup Joko Anwar Diselamatkan Musik Elvis Costello

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com