Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perwakilan RI di Majelis Umum PBB: Komitmen Saja Tak Cukup untuk Capai Gencatan Senjata di Gaza

Kompas.com - 21/11/2023, 10:15 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

Penulis: VOA Indonesia

NEW YORK, KOMPAS.com - Negara-negara anggota Majelis Umum PBB pada Senin (20/11/2023) menyerukan gencatan senjata dan peningkatan bantuan ke Gaza.

“Demi PBB dan kemanusiaan, pertemuan maupun komitmen saja tidak cukup. Resolusi dan pernyataan saja tidak cukup. Itu semua perlu diterapkan di lapangan. Kita perlu bertindak secara nyata sekarang. Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan sekarang. Kita memerlukan pengiriman bantuan kemanusiaan tanpa hambatan sekarang,” kata perwakilan Indonesia untuk PBB, Mariska D. Dhanutirto, di sidang majelis umum.

Sementara itu, perwakilan dari Belgia mempertanyakan di mana penghormatan terhadap hukum humaniter internasional terkait serangan Israel di Gaza.

Baca juga: Jumlah Korban Tewas di Gaza Naik Jadi 13.300 Orang, Seruan Gencatan Senjata Menguat

"Berapa banyak lagi kematian dan kehancuran yang dapat dihadapi seseorang? Berapa banyak lagi serangan terhadap sekolah, rumah sakit, pekerja kemanusiaan dan lainnya yang harus kita saksikan? Tingkat penderitaan di Gaza tidak tertahankan dan tidak manusiawi. Kami menyambut baik resolusi Dewan Keamanan PBB yang diadopsi Rabu lalu. Resolusi tersebut sudah lama tertunda, dan gencatan senjata kemanusiaan kini menjadi langkah penting berikutnya,” ucap dia.

Sebelumnya, Dewan Keamanan PBB pada Rabu (15/11/2023) mengadopsi resolusi pertamanya semenjak pecahnya perang Israel-Hamas.

Resolusi itu berisi seruan “jeda kemanusiaan yang mendesak dan diperpanjang” di Gaza untuk mengatasi meningkatnya krisis bagi warga sipil Palestina selama serangan udara dan darat Israel.

Israel langsung menolak resolusi tersebut.

Pemungutan suara di dewan beranggotakan 15 negara itu menghasilkan 12 suara mendukung dan 3 suara abstain dari AS, Inggris, dan Rusia.

AS dan Inggris memilih abstain karena resolusi itu tidak mengutuk serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober, sementara Rusia memilih abstain karena resolusi tersebut tidak menuntut dilakukannya gencatan senjata kemanusiaan, yang ditentang Israel dan AS.

Israel telah memerintahkan evakuasi warga dari Gaza utara, namun ribuan warga sipil tetap bertahan di sana.

Baca juga: 200 Pasien Dievakuasi dari RS Indonesia di Gaza

Makanan, bahan bakar, obat-obatan dan air telah habis di seluruh wilayah kantong itu di bawah pengepungan Israel selama enam minggu terakhir.

Di Gaza selatan, di mana ratusan ribu warga Gaza berlindung setelah melarikan diri dari Gaza utara, juga dilaporkan telah diserang oleh Israel.

PBB mengatakan dua pertiga penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa telah dipaksa menjadi tunawisma.

Sekitar 240 orang sandera diculik ketika militan Hamas melancarkan serangan lintas batas ke Israel selatan pada 7 Oktober. Hal itu memicu Israel menginvasi wilayah Palestina untuk menyerang Hamas.

Sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, telah tewas terbunuh dalam serangan Hamas, menurut perhitungan Israel –yang paling mematikan dalam sejarah Israel selama 75 tahun terakhir.

Sejak peristiwa 7 Oktober, pemerintah di Gaza yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 13.300 warga Palestina tewas, termasuk sedikitnya 5.600 anak dan 3.550 perempuan, akibat pemboman tanpa henti oleh Israel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com