Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Nilai Boikot di G20 Tak Logis, Tak Serta Merta Lenyapkan Rusia, Tak Bantu Penyelesaian Konflik

Kompas.com - 09/05/2022, 13:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Duta besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobiev menilai kebijakan “Negara Barat” untuk mengisolasi dan mengeluarkan Rusia tak hanya dari G20 tapi juga forum internasional, merupakan tindakan yang tidak logis.

Pasalnya, akan sulit menyelesaikan berbagai isu ekonomi dunia saat ini tanpa melibatkan Rusia sebagai salah satu pemain penting di dalamnya.

“Kebijakan barat (sanksi) hanya seolah-olah mengeklusi Rusia, tapi nyatanya itu tidak serta merta membuat Rusia lenyap. Bagaimana itu bisa membantu menyelesaikan krisis?” ujar Vorobiev dalam wawancara eksklusif bersama dengan Kompas.com bertajuk Unlocking Podcast 05 – Lyudmila Vorobieva: G20 Should Focus on Global Economic Issues.

Baca juga: Rusia Ungkap Minat Jajaki Kerja Sama dengan Indonesia, dari Energi Nuklir hingga Pesawat Sipil

Seruan aksi boikot disadari merupakan keputusan masing-masing negara, namun Vorobiev tetap berharap hal itu tak perlu dilakukan.

Jika protes itu dilakukan pun kata dia, G20 tetap akan menjadi forum yang relevan karena kebanyakan negara anggotanya secara positif mendukung agenda tahun ini.

Rusia mengapresiasi posisi pemerintah Indonesia yang menegaskan bahwa G20 harus fokus pada masalah ekonomi global yang sangat penting untuk seluruh dunia.

Isu politik yang tidak relevan dinilai tidak seharusnya diseret dalam agenda G20, karena bisa memecah dan mengalihkan perhatian dari masalah utama krisis global.

“Kami mendukung prioritas yang telah diidentifikasi oleh presiden Indonesia di G20, terutama untuk pemulihan ekonomi global setelah Pandemi Covid-19, penguatan sistem kesehatan, transisi energi dan transisi digita.

“Indonesia mewakili opini dari negara berkembang yang harus didengar dan dipertimbangkan oleh negara maju. Dan tentunya semua negara harus berpartisipasi untuk memecahkan masalah global.”

Sementara soal kepastian kedatangan Presiden Vladimir Putin, Dubes Rusia untuk Indonesia mengatakan bahwa undangan telah diserahkan, dan “Presiden Putin berniat menghadiri G20 Summit.”

Baca juga: AS Terbitkan Sanksi Baru ke Rusia, Sektor Jasa hingga Industri Pertahanan Jadi Target

Masalah di Ukraina menurut Rusia

Vorobiev kembali menekankan bahwa Rusia dan Ukraina adalah saudara yang memiliki banyak kerabat dekat satu sama lain.

Sementara apa yang terjadi saat ini, diklaim tidak sebagai tindakan yang tak dapat dihindari setelah usaha 8 tahun meredam konflik gagal menemukan jalan keluar.

Dia menuduh pemerintah Kyiv mulai menerapkan kebijakan anti-Rusia setelah kudeta 2014. Sementera Luhansk, Donetsk dan Krimea, yang banyak warganya berbahasa Rusia, menolak kebijakan tersebut.

“Penolakan muncul di wilayah tersebut, dan alih-lih menggunakan langkah damai untuk menyelesaikan masalah ini, Kyiv memulai perang sipil terhadap populasinya sendiri selama 8 tahun, 14.000 meninggal dan tidak ada negara Barat yang keberatan,” kata dia.

Negara-negara barat menurutnya tidak berbuat apa-apa dan justru mendorong proyek anti-Rusia di Ukraina dan menggunakan negara terluas di Eropa itu sebagai instrumen untuk menentang Rusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com