Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dunwich, Atlantis Milik Inggris yang Hilang pada Abad ke-13 Ditemukan di Dasar Laut

Kompas.com - 17/04/2022, 20:04 WIB
BBC INDONESIA,
Bernadette Aderi Puspaningrum

Tim Redaksi

DUNWICH, KOMPAS.com - Dunwich adalah sebuah kota pelabuhan Inggris yang sempat berkembang pesat, tapi hilang karena badai pada abad ke-13.

Namun baru-baru ini para ilmuwan menemukan bahwa kota tersebut tidak hilang, melainkan ada di bawah laut.

Baca juga: Kota Bawah Laut di Kolam Terdalam Dunia Dibuka, Seperti Ini Isinya

Di pertengahan jalan antara kota Aldeburgh dan tempat tetirah tepi laut Southwold, dua tempat populer di kawasan pantai Suffolk, Inggris, terletak sebuah pedesaan Dunwich yang tenang.

Sekitar 200 orang tinggal di pemukiman satu jalan ini, dengan pub dan penginapan yang nyaman, museum lokal, pantai panjang berpasir kerikil, serta reruntuhan biara.

Anda tak mungkin mengetahuinya sekarang, namun pada abad pertengahan, desa tersebut adalah sebuah pelabuhan yang berkembang seukuran London, yang dibangun di atas kawasan perikanan, perdagangan, dan perlindungan agama.

Biara Greyfiars didirikan oleh para biarawan Fransiskan pada 1250-an di dataran rendah yang dekat dengan laut.

Namun, badai besar yang terjadi pada 1286 menyapu habis biara tersebut, bersamaan dengan perumahan dan bangunan lain.

Reruntuhan tembok batu yang masih dapat dikunjungi hari ini adalah sisa-sisa dari biara "baru", yang dibangun kembali pada akhir abad ke-13. Letaknya ada di daratan sekitar satu kilometer dari laut.

Biara Greyfiars didirikan oleh para biarawan Fransiskan pada 1250-an di dataran rendah yang dekat dengan laut.PAUL DUNN/GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Biara Greyfiars didirikan oleh para biarawan Fransiskan pada 1250-an di dataran rendah yang dekat dengan laut.

Reruntuhan tersebut berdiri sangat dekat dengan tepi tebing - menggambarkan bagaimana badai, gelombang dan erosi pantai membalikkan keadaan di Dunwich yang sempat berkembang pesat. Beberapa di antaranya kemudian dibangun di tempat yang lebih tinggi.

Bertahun-tahun berikutnya, muncul sebuah legenda bahwa kota abad pertengahan tersebut tetap utuh di bawah permukaan air: "Atlantis" milik Inggris.

Baca juga: Mitos Kota Atlantis, Fiksi Belaka atau Benar-benar Ada?

Legenda "Atlantis" milik Inggris

Konon menurut penduduk setempat pada saat tertentu sewaktu badai, dentang lonceng gereja dapat kerap terdengar.

"Suasana di bentangan garis pantai ini meremang," kata Esther Freud, seorang novelis, cicit dari Sigmund yang tinggal di dekat Walberswick. Kakek-neneknya bermigrasi ke daerah tersebut setelah melarikan diri dari Nazi Jerman.

"Berjalan di sepanjang garis pantai pada hari yang berkabut, Anda akan merasakan masa lalu dan masa kini berbaur dalam ruang batas yang aneh di antara darat dan laut ini."

Namun, para ahli mengira kota tua tersebut sudah lama hancur oleh ombak dan hanyut.

Hingga ketika bukti mulai bermunculan bahwa legenda "Atlantis milik Inggris" bukan sekadar dongeng fantasi, melainkan Dunwich abad pertengahan - setidaknya sebagian dari masa kejayaan sebelumnya - ada ditemukan hanya beberapa meter dari pantai.

Kota Dunwich yang tenang pernah menjadi pelabuhan abad pertengahan yang berkembangUNIVERSALIMAGESGROUP/GETTY via BBC INDONESIA Kota Dunwich yang tenang pernah menjadi pelabuhan abad pertengahan yang berkembang

Sekitar 1960-an, para nelayan mulai melaporkan bahwa jaring mereka tersangkut sesuatu di bawah permukaan air tempat kota tua tersebut pernah berdiri.

Berbagai laporan ini mendorong arkeolog kelautan lokal dan Stuart Bacon (seorang penyelam), untuk mencari sisa-sisa gereja terakhir yang hanyut oleh laut: All Saints, yang akhirnya jatuh dari tebing pada 1911.

Meskipun Laut Utara agresif dan biasanya memiliki jarak pandang yang hampir mencapai nol, Bacon tetap bertahan.

Baca juga: 10 Tempat Impian dalam Cerita Sejarah Kuno dari Atlantis hingga Shangri-La

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com