Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Kembangkan Torpedo Super yang Bisa Sebabkan Tsunami Radioaktif

Kompas.com - 06/04/2021, 15:47 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Militer Rusia dilaporkan mengujicobakan torpedo yang diklaim super, dan bisa menyebabkan "tsunami radioaktif".

Citra satelit menunjukkan "Negeri Beruang Merah" tengah menancapkan pengaruhnya di Arktik dengan membangun pangkalan baru.

Presiden Vladimir Putin disebut memantau langsung uji coba itu, dengan tes lanjutan akan segera diumumkan.

Baca juga: Gambar Satelit: Kehadiran Militer Rusia Meningkat di Kutub Utara

Pakar menuturkan senjata yang tengah dikembangkan oleh Moskwa, Poseidon 2M39, membuat mereka khawatir.

Torpedo itu ditenagai oleh reaktor nuklir, dan bisa meluncur melewati dasar laut untuk mengecoh pertahanan laut.

Senjata Rusia itu dilaporkan membuat pejabat AS cemas, karena bisa menyebabkan kehancuran selama berpuluh-puluh tahun.

Dilansir Daily Mirror Senin (5/4/2021), saat perang senjata itu bakal ditembakkan dan meledak dekat garis pantai musuh.

Ledakannya disebut bakal memicu tsunami yang bakal meluluhlantakkan sistem pertahanan dan infrastruktur lawan.

Christopher A Ford, mantan wakil menteri luar negeri mengungkapkan, Poseidon didesain untuk "membanjiri kota pesisir AS dengan tsunami radioaktif".

Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Bisa Picu Perang Eropa

Citra satelit yang disediakan Maxar, seperti diberitakan CNN, menunjukkan fasilitas baru di Arktik juga menampilkan gudang bawah tanah.

Sejumlah pakar sepakat menyatakan ancaman yang ditampilkan Kremlin begitu nyata dengan senjata baru mereka.

Sementara sumber dari Kementerian Luar Negeri AS menuturkan, Rusia jelas menantang mereka di kawasan Arktik.

"Tantangan ini berimplikasi ke AS dan sekutunya, paling tidak kekuatan kami akan dipusatkan ke Atlantik Utara," jelas sumber itu.

Kabar "torpedo super" ini muncul setelah Moskwa beberapa hari sebelumnya memperkenalkan "kapal selam sabotase".

Baca juga: AS Berjanji Bantu Ukraina Jika Pecah Perang Lawan Rusia

Dikatakan kapal selam itu bisa menyelam hingga kedalaman 3,2 kilometer, dan memutus kabel komunikasi.

Tentu ancaman itu menakutkan. Sebab setiap harinya, transaksi finansial dan data melalui "jalur komunikasi" 380 di dasar laut.

Sumber Washington menuding, Rusia sejak lama berusaha menyabotase kabel itu demi menghancurkan perekonomian negara Barat.

Kabar lain mengungkapkan, versi dari AS-15 Kashalot akan diluncurkan dengan nama Belgorod, dan menjalani uji coba bulan depan.

Kashalot merupakan salah satu proyek maritim "Negeri Beruang Merah" yang paling dirahasiakan.

Baca juga: Vladimir Putin Dinobatkan Sebagai Pria Terseksi di Rusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com