KOMPAS.com - Charlotte Figi, gadis 13 tahun yang menderita Dravet sindrom dan menggunakan cannabidiol (minyak ganja, CBD) untuk mengobati rasa sakitnya pada Selasa (7/4/2020) tewas akibat kejang yang kemungkinan dipicu oleh virus corona.
Charlotte telah menginspirasi pengobatan medis menggunakan ganja dan menggalakan kampanye CBD movement atau gerakan CBD (cannabidiol) sebagai obat.
Teman dari ibu Charlotte, menulis dalam pengumuman menggunakan akun ibunya Charlotte, Paige Figi di Facebook,
"Charlotte tidak lagi menderita. Dia bebas dari kejang selamanya. Terima kasih banyak atas semua cinta. Harap hormati privasi mereka saat ini."
Baca juga: Tambah 485 Kasus dalam 2 Hari, Jumlah Kasus Corona di Singapura Meningkat Pesat
Tak lama, Figi sendiri memperbarui unggahan tersebut dan mengucapkan rasa terima kasih dan cerita detil tentang hari-hari terakhir putrinya.
"Keluarga kami bersyukur atas curahan cinta sementara kami berduka atas kehilangan Charlotte kami," tulisnya.
“Charlotte mengalami epilepsi anak usia dini yang disebut sindrom Dravet. Kami tergerak oleh dampak berkelanjutan bahwa kehidupan Charlotte telah menjelaskan potensi ganja untuk kualitas hidup. "
Sebelum minyak CBD, gadis Colorado Springs itu menderita kejang, sebanyak 300 kali seminggu pada usia 5 tahun karena epilepsi parah yang dimilikinya.
Dia menggunakan kursi roda, menderita serangan jantung berulang kali, dan kesulitan berbicara.
Baca juga: Di Australia, Dompet Dhuafa Bagi-bagi Makanan ke Ratusan Tunawisma
Namun begitu, dia mulai dirawat dengan minyak CBD, yang kemudian dinamai Charlotte's Web berdasarkan namanya, gadis itu mampu menjalani kehidupan yang hampir normal.
Dengan tingkat THC yang rendah yakni senyawa yang membuat pengguna menjadi tinggi, dan tingkat CBD yang tinggi, yang dianggap dapat memadamkan getaran otak, itu menunjukkan keunggulan dalam mengobati pasien dengan epilepsi.
Tetapi penggunaan cannabis atau ganja di sebagian besar negara bagian Amerika Serikat dihukumi ilegal.
Perawatan medis dengan ganja dianggap kontroversial, tetapi orang tua Charlotte mengatakan pengobatan itu bekerja.
Orang-orang pun mulai berbondong-bondong ke Colorado karena hampir putus asa dalam memperbaiki gejala anak-anak mereka.
Baca juga: 2.200 Lebih Kasus Kematian Akibat Covid-19 Tercatat di Panti Jompo AS
Kematian Charlotte terjadi setelah keluarga gadis itu mengalami sakit selama sebulan dengan virus yang mereka duga sebagai virus corona. Hal ini disampaikan oleh ibu Charlotte, Paige Figi.