Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggi Afriansyah
Peneliti BRIN

Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional

Ikhtiar Kebangsaan dari Ruang Virtual

Kompas.com - 02/06/2022, 11:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

WINARNO Surakhmad (2009) dalam buku Pendidikan Nasional: Strategi dan Tragedi menyampaikan pentingnya pendidikan yang mengindonesiakan. Apa itu?

Pendidikan yang memberi kesadaran tentang keragaman bangsa yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber kekuatan berbangsa. Pendidikan jenis ini memantapkan konsep Indonesia secara spiritual, ideologi dan fisik.

H.A.R Tilaar (2012), tokoh pedagogi kritis lainnya, juga berpendapat bahwa untuk membangun masyarakat Indonesia baru diperlukan masyarakat yang penuh toleransi dan lebih terbuka pandangannya.

Peran pendidikan dalam memberi kesempatan anak-anak untuk lebih terbuka terhadap keberagaman yang terdapat di sekitar lingkungan tinggal, di sekolah, maupun di masyarakat luas memang sangat krusial.

Dalam konteks Indonesia yang majemuk, hal tersebut merupakan bekal mendasar dan tidak bisa ditawar.

Internalisasi terhadap keberagaman di masyarakat merupakan fundamen bagi bangunan ke-indonesiaan.

Bagaimana mewujudkan pendidikan yang meng-Indonesia serta menjadikan anak-anak didik sosok yang terbuka, toleran, berwawasan luas namun kokoh secara karakter?

Tentu saja itu semua tidak bisa dilakukan melalui pembelajaran normatif berbasis mata pelajaran semata.

Sebab itu, anak-anak harus mendapat pengalaman berinteraksi dengan ragam perbedaan yang ada di masyarakat secara langsung.

Merasakan betapa kompleks dan penuh problematiknya kehidupan yang ada di masyarakat.

Sekolah memang harus erat dengan masyarakat, bukan justru berjarak. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi anak-anak di era kiwari, yaitu terkait membangun kepekaan anak-anak terhadap isu politik, sosial dan ekonomi.

Anak-anak harus mendapat pemahaman juga observasi memadai mengenai beragam ketimpangan yang masih terjadi di masyarakat.

Anak-anak harus dipantik untuk menyadari mengenai realitas sosial di masyarakat juga beragam problematikanya.

Misalnya, di level SMA berbagai kasus aktual seperti kelangkaan minyak goreng, isu kerusakan hutan, isu marjinalisasi ketika proses pembangunan, dan ragam isu lainnya dapat menjadi bahan diskusi.

Kepekaan mereka terhadap berbagai problem kekinian menjadi sangat penting. Pada tahap anak-anak dapat dibimbing untuk mencari berbagai referensi yang valid.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com