KOMPAS.com - Konten bertemakan politik yang dibuat dengan perangkat kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) generatif marak beredar.
AI generatif mengacu pada penggunaan perangkat kecerdasan buatan untuk membuat konten baru seperti teks, gambar, audio, dan video.
Tim Cek Fakta Kompas.com menemukan sebagian konten tersebut dapat dikategorikan sebagai misinformasi dan disinformasi.
Misalnya, video Presiden Joko Widodo berpidato dalam bahasa China dan video Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berpidato dalam bahasa Arab.
Berikut sejumlah konten politik buatan AI generatif yang beredar di media sosial.
Sebuah akun LinkedIn pada 25 Oktober 2023 mengunggah video berdurasi 80 detik yang menunjukkan Jokowi berpidato dalam bahasa China.
Konten tersebut diperiksa menggunakan perangkat AI Voice Detector. Hasilnya, suara Jokowi terdeteksi memiliki probabilitas 80,29 persen dihasilkan oleh perangkat AI generatif.
Setelah ditelusuri, video asli ditemukan di kanal YouTube The U.S. - Indonesia Society (USINDO). Dalam video asli, Jokowi berpidato dalam bahasa Inggris.
Selengkapnya baca di sini.
Sebuah akun TikTok pada 7 November 2023 mengunggah video berdurasi 28 detik yang mengeklaim Prabowo berpidato dalam bahasa Arab.
Konten tersebut diperiksa menggunakan perangkat AI Voice Detector dan probabilitasnya mencapai 99,52 persen.
Setelah ditelusuri, video itu memuat potongan pidato Prabowo saat membuka acara "Simposium Geopolitik dan Geostrategis Global Serta Pengaruhnya terhadap Indonesia Tahun 2023" di Kementerian Pertahanan, Jakarta, pada 2 November 2023.
Namun, Prabowo berpidato dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa Arab.
Selengkapnya baca di sini.
Sebuah akun TikTok pada 12 Februari 2024 mengunggah video berdurasi 43 detik yang menunjukkan Prabowo berselawat saat kampanye.