KOMPAS.com - Kerajaan Turki Utsmani atau Kekaisaran Ottoman berhasil mempertahankan kekuasaannya selama lebih dari 600 tahun (1300-1922).
Turki Utsmani menguasai wilayah Timur Tengah, Afrika Utara, hingga menjangkau tanah Eropa.
Namun, kekuasaan kerajaan yang didirikan Raja Utsman atau Osman I itu terus menurun seiring kekalahan di sejumlah perang.
Dilansir BBC, kerajaan Islam itu mencapai puncak kejayaan dalam kepemimpinan Raja Sulaiman yang Agung, antara tahun 1522 hingga 1566.
Saat itu wilayah kekuasaan Turki meliputi Yunani, Bulgaria, Rumania, Makedonia, Hungaria, Palestina, Yordania, Libanon, Suriah, Arab, Mesir dan sebagian besar pesisir utara Afrika.
Tak hanya luasnya wilayah, kerajaan ini dinilai mampu mengembangkan perdagangan yang menguntungkan, memajukan arsitektur, kesenian, dan ilmu astronomi.
Kemunduran Turki Utsmani mulai tampak saat Perang Lepanto (1571). Kala itu, Turki Utsmani yang ingin menguasai Pulau Venesia, kalah dari pasukan Kristen Holy League.
Kemudian Perang Balkan (1913) yang dimenangkan sekutu Serbia, Montenegro, Bulgaria, dan Yunani, membuat pasukan Turki Utsmani meninggalkan Makedonia yang sebelumnya mereka kuasai.
Selanjutnya, pada Perang Dunia I (1914-1918), di mana aliansi Jerman, Austria-Hongaria, Bulgaria, dan Turki Utsmani, kalah dari sekutu Inggris Raya, Perancis, Rusia, Italia, Rumania, Kanada, Jepang, serta Amerika Serikat (AS).
Kekalahan itu mengakibatkan Turki Utsmani kehilangan hampir seluruh wilayah mereka di Eropa dan Afrika. Ditambah pada 1920, Inggris dan sekutunya mengeluarkan Arab dari kekuasaan mereka.
Revolusi Turki Muda yang terjadi pada 1908 juga berhasil mendorong perubahan pemerintahan ke bentuk parlementer, sehingga melemahkan kekuasaan sultan.
Turki berganti sistem pemerintahan menjadi negara republik pada 1922.
Mustafa Kemal Atatürk, perwira militer yang menonjol di berbagai perang, menjadi presiden pertama Turki (Turkiye) tahun 1923. Pada 3 Maret 1924, Kekhalifahan Turki Utsmani dibubarkan.
Sejumlah faktor yang dianggap memengaruhi keruntuhan Turki Utsmani, secara internal maupun eksternal, yakni:
Sulat Selim I (1512–1520) merupakan penguasa Turki Utsmani yang membuat kebijakan agar saudara raja harus dipenjara.
Setelah sang raja memiliki seorang putra, para saudara laki-laki raja dan putra-putra mereka akan dibunuh.
Hal itu dilakukannya untuk menghindari pengkhianatan keluarga kerajaan. Bila raja tidak memiliki putra dan meninggal, maka masih ada saudara laki-laki atau putra mereka yang naik takhta.
Hal itu ditengarai menjadi salah satu sebab menurunnya kualitas raja-raja Turki Utsmani dalam dua abad terakhir, di mana seorang laki-laki yang baru keluar dari penjara dan tanpa pengalaman maupun wawasan yang memadai bisa naik takhta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.