KOMPAS.com - Badai Ian yang diperkirakan menjadi salah satu badai terkuat di negara bagian Florida, Amerika Serikat (AS), menghancurkan bagian barat daya wilayah itu akhir September lalu.
Setelah kejadian yang menewaskan lebih dari 90 orang itu, muncul sejumlah unggahan di internet yang mengeklaim bahwa siklus badai seperti itu tidak terkait dengan perubahan iklim.
Dilansir dari AFP, salah satu klaim itu berasal dari twit komentator Fox News, Steve Milloy. Dia menyatakan bahwa isu perubahan iklim adalah tipuan semata.
Twit itu bisa dilihat di sini. Bunyinya sebagai berikut:
No trend in landfalling Florida hurricanes since 1903.
Not in frequency.
Not in intensity.
Not in anything.
Climate is a hoax.https://t.co/4TvZmmLBmy pic.twitter.com/wTcF4YNzV7
— Steve Milloy (@JunkScience) September 30, 2022
Tautan artikel yang disertakannya merupakan dari situs Watts Up with That yang sebelumnya pernah terbukti memberikan keterangan palsu terkait perubahan iklim, yang bisa dibaca selengkapnya di sini.
Klaim yang sama juga bisa dilihat di sini, sini, dan sini. Komentator lain bernama Liz Wheeler dengan pengikut 1,4 juta pengikut di Facebook juga menyampaikan klaimnya di sini.
Bukannya meningkat karena dampak perubahan iklim, menurut mereka, badai Ian adalah yang paling ringan sepanjang masa dan menolak pendapat ilmiah bahwa intensitas badai akan terus meningkat.
Berikut hasil penelusuran AFP terhadap klaim-klaim tersebut:
Data dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) AS, wilayah Florida yang memiliki banyak permukaan tanah yang rata, paling banyak menerima badai dari negara bagian AS lainnya.
Terdapat 110 badai yang terjadi di sana sejak 1851 sampai 2004, dan 35 di antaranya merupakan badai kategori 3 atau lebih. Badai Ian sendiri berkategori 4 dan sangat merusak.
Mahasiswa PhD yang mempelajari badai di Universitas di Albany, New York, Minghao Zhou, mengatakan, badai terjadi ketika uap air laut yang panas naik, lalu berubah menjadi awan, hujan, salju, es, bahkan hujan es dan melepaskan panas.
"Sumber energi badai terutama berasal dari penguapan air di permukaan laut," kata Zhou pada AFP.
Dia mencontohkan, misalnya saat seseorang merebus air di dalam ketel, air panas menguap tapi kemudian mengembun di tutup ketel.
Direktur Pusat Solusi Permukaan Laut di Florida University International Jayantha Obeysekera dengan lebih gamblang mengatakan bahwa laut menyerap 90 persen lebih panas.
Efek pemanasan global yang semakin menghangatkan laut itu, mendorong terjadinya badai.