KOMPAS.com - Keberadaan alien menjadi teori konspirasi yang berkembang beriringan dengan budaya populer.
Di zaman yang lebih lawas, teori ini tersiar melalui pamflet, buletin, majalah, hingga siaran radio. Di zaman yang lebih mutakhir, konspirasi soal alien beredar di media sosial.
Orang-orang berlomba membuktikan adanya mahluk hidup dari planet lain, salah satunya melalui video yang viral di YouTube pada 2011.
Kanal YouTube Michael pada 18 April 2011, mengunggah video yang dilihat lebih dari 12 juta orang.
Dia mengeklaim telah menemukan mayat alien di Rusia dan ada orang yang mempercayainya. Hal ini terlihat dari percakapan di kolom komentar.
"Akhirnya! penemuan yang kita tunggu-tunggu!!!!!!!!!!!!! Saya tidak percaya kami benar-benar menemukan spesimen alien dalam kondisi yang relatif baik. ini akan mengubah dunia kita selamanya!" tulis salah satu komentar.
"Fakta bahwa banyak yang mengira itu palsu menunjukkan media melakukan pekerjaan mereka. Tapi ini nyata."
"Saya percaya itu nyata, kita bukan satu-satunya orang di alam semesta raksasa," tulis komentar lainnya.
Lantas, apakah penemuan mayat alien di Rusia itu nyata? Simak penelusurannya.
Dilansir dari Daily Mail, 5 Januari 2021, wartawan televisi veteran Tony Harris mendokumentasikan berbagai temuan unik di dunia serta membuktikan apakah itu atau palsu. Dia membuat serial di situs History bertajuk "The Proof Is Out There".
Salah satu dari penelusurannya adalah seorang pria di Siberia yang menemukan makhluk aneh setinggi 3 kaki (sekitar 1 meter) yang tergeletak di salju.
Harris meminta seorang ahli biologi satwa liar, Lucy Eckersley, untuk membantu memecahkan misteri tersebut.
Dia juga meminta pendapat penyelidik forensik Chase Kloetzke untuk menjawab pertanyaan tentang apa sosok itu sebenarnya dan melihat langsung pemandangan di sekitarnya untuk mencari petunjuk seperti darah, nanah, dan puing-puing yang bisa menjadi petunjuk.
Hasilnya nihil. Tidak ada bukti bahwa sosok tersebut adalah mahluk hidup yang disebut alien.
Pendapat lain disampaikan oleh redaktur pelaksana majalah Skeptical Inquirer, Benjamin Radford yang mengatakan bahwa video itu hanyalah karya orang iseng.