KOMPAS.com - Senin pertama September diperingati sebagai Labor Day atau Hari Buruh di Amerika Serikat (AS).
Sama seperti May Day, Hari Buruh di AS juga memperingati hak pekerja dan kontribusi mereka pada masyarakat.
Kendati dilatarbelakangi pergerakan yang sama, lantas mengapa Labor Day dan May Day diperingati pada hari berbeda?
Akhir 1800-an merupakan puncak Revolusi Industri di AS, di mana rata-rata warga negeri Uncle Sam itu bekerja 12 jam sehari dan tujuh hari seminggu untuk mencari nafkah.
Bahkan, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun juga bekerja di pabrik dan pertambangan.
Selain itu, pekerja imigran di AS juga kerap mendapat perlakuan berbeda. Misalnya, menghadapi kondisi kerja yang tidak aman, akses udara segar yang terbatas, fasilitas sanitasi, dan istirahat.
Melihat kondisi ini, serikat pekerja mulai bermuculan.
Dilansir dari History.com, 13 April 2010, serikat pekerja mulai mengorganisir pemogokan dan unjuk rasa untuk memprotes kondisi buruk dan memaksa majikan untuk menegosiasikan ulang jam kerja dan gaji.
Hingga akhirnya, pada 5 September 1882, sebanyak 10.000 pekerja serentak mengambil cuti yang tidak dibayar dan berkumpul.
Mereka melakukan parade dari Balai Kota ke Union Square di New York City. Itu adalah parade Hari Buruh pertama dalam sejarah AS.
Gerakan serikat buruh segera menyebar di berbagai negara bagian AS. Namun ada satu peristiwa yang memberi ingatan buruk bagi AS.
Peristiwa ini disebut Kerusuhan Haymarket. Pada 4 Mei 1886, jalanan Haymarker Square dipenuhi sekitar 2.000 pekerja dan aktivis.
Di tengah aksi protes mereka, polisi datang untuk membubarkan massa. Tiba-tiba individu yang tidak pernah teridentifikasi melemparkan bom ke arah mereka.
Sebanyak tujuh orang polisi dan satu warga sipil tewas. Sisanya, terjadi kerusuhan yang membuat sejumlah orang terluka.
Kerusuhan besar ini pun membuat Kongres turun tangan untuk memperbaiki hubungan dengan para pekerja AS.