Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: Klaim Efektivitas Pfizer Turun 1 Persen dalam Seminggu

Kompas.com - 01/07/2022, 18:46 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Disinformasi dan misinformasi tentang vaksin Covid-19 buatan Pfizer kembali beredar di media sosial. Kali ini menyebut bahwa efektivitas vaksin Pfizer turun hingga 1 persen dalam sepekan.

Berikut narasinya dalam terjemahan bahasa Indonesia:

"Bagi mereka yang mengatakan akan mengikuti ilmu. Dokumen terbaru 80.000 halaman menyatakan bahwa vaksin itu tidak 95% efektif tetapi hanya 12% efektif, tetapi hanya selama seminggu kemudian turun menjadi kurang dari 1%. Pfizer tahu, pemerintah Anda tahu dan mereka mencoba menyembunyikannya selama 75 tahun https://phmpt.org/"

Narasi itu disebarkan oleh akun Facebook ini, ini, ini, ini, ini, ini, dan ini.

Sumber klaim

Dikutip dari Reuters, 27 Mei 2022, seorang juru bicara Pfizer menduga bahwa klaim tersebut berasal dari artikel Substack, 4 April 2022, tentang tingkat kemanjuran vaksin Covid-19 sebesar 12 persen, bukan 95 persen yang dilaporkan dalam uji klinis.

Dia menjelaskan, dalam melakukan uji klinis itu, para ilmuan menghitung kemanjuran vaksin menggunakan jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dala uji coba.

Namun, dalam artikel tersebut, efikasi vaksin dihitung dengan menggunakan jumlah kasus khusus yang diberi istilah “suspected but unconfirmed”.

Hal itu karena situasi saat itu, kasus suspek jauh lebih tinggi daripada kasus yang dikonfirmasi, ini menghasilkan penghitungan tingkat kemanjuran yang lebih rendah yakni 12 persen.

Ketika seseorang menunjukkan gejala, seperti demam, batuk, sesak napas, menggigil, nyeri otot, sakit tenggorokan, kehilangan kemampuan indra perasa/bau, diare, dan muntah, maka harus diuji dengan tes PCR untuk menegakkan diagnosis sebagai kasus konfirmasi positif Covid-19.

Faktanya, gejala Covid-19, tumpang tindih dengan penyakit lain, seperti flu musiman atau flu biasa, sehingga akan lebih akurat untuk menggunakan kasus terkonfirmasi untuk menghitung kemanjuran sebuah vaksin.

Uji coba 2020

Dilansir dari USA Today, 9 Juni 2022, pembacaan persentase yang keliru itu merupakan salah tafsir dari data uji klinis Pfizer pada 2020.

Uji coba fase tiga dalam pengarahan tersebut melibatkan hampir 38.000 peserta yang dipisahkan menjadi dua kelompok: setengahnya menerima dua dosis vaksin Pfizer dan setengahnya lagi menerima plasebo.

Dari kelompok ini, 3.410 orang, 1.594 di kelompok vaksin dan 1.816 di kelompok plasebo suspek Covid-19 tetapi belum dikonfirmasi, yang artinya peserta memiliki gejala setelah menerima suntikan, tetapi tidak memiliki tes PCR positif.

Tingkat kemanjuran vaksin, hanya dihitung dari responden yang dites positif virus di kedua kelompok, hasilnya 95 persen.

Dalam uji coba, vaksin menunjukkan kemanjuran 95 persen dalam mencegah Covid-19 pada mereka yang tidak memiliki infeksi sebelumnya, setidaknya tujuh hari setelah dosis kedua.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks The Simpsons Prediksi Nyamuk Wolbachia, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Hoaks The Simpsons Prediksi Nyamuk Wolbachia, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Sri Mulyani Sebut Jokowi Lunasi Utang Negara di Sidang MK

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Sri Mulyani Sebut Jokowi Lunasi Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Fakta Timnas Indonesia: Patahkan Tradisi Olimpiade Korsel, Brace Perdana Rafael Struick

Fakta Timnas Indonesia: Patahkan Tradisi Olimpiade Korsel, Brace Perdana Rafael Struick

Data dan Fakta
Benarkah Penembak Jitu Disiagakan Saat Unjuk Rasa Pro-Palestina di Ohio State University?

Benarkah Penembak Jitu Disiagakan Saat Unjuk Rasa Pro-Palestina di Ohio State University?

Hoaks atau Fakta
Konten Satire soal Batas Usia Pengguna Spotify

Konten Satire soal Batas Usia Pengguna Spotify

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto RA Kartini Memakai Kerudung dan Kacamata

[HOAKS] Foto RA Kartini Memakai Kerudung dan Kacamata

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] KPU Jatim Belum Keluarkan Spesimen Surat Suara Pilkada 2024

[KLARIFIKASI] KPU Jatim Belum Keluarkan Spesimen Surat Suara Pilkada 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bantuan Dana Rp 75 Juta dari BPJS Kesehatan

[HOAKS] Bantuan Dana Rp 75 Juta dari BPJS Kesehatan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bendera GAM Berkibar Setelah Prabowo Menang Sengketa Pilpres di MK

[HOAKS] Bendera GAM Berkibar Setelah Prabowo Menang Sengketa Pilpres di MK

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Sebelum Pilpres 2024

[VIDEO] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Sebelum Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Anak di Jayapura Tidak Tertular Virus Misterius yang Menyebar Lewat Angin

[KLARIFIKASI] Anak di Jayapura Tidak Tertular Virus Misterius yang Menyebar Lewat Angin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

INFOGRAFIK: Hoaks, Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com