KOMPAS.com - Bulan Maret pada 1966 menjadi salah satu momentum bersejarah dalam kepemimpinan nasional di Indonesia.
Pada 11 Maret 1966, terjadi peristiwa penyerahan Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar dari Presiden Soekarno kepada Mayor Jenderal Soeharto.
Supersemar kemudian menjadi legitimasi bagi Soeharto untuk mengambil alih kepemimpinan di Indonesia dari Presiden Soekarno.
Salah satu langkah yang dilakukan Soeharto adalah dengan membubarkan Partai Komunis Indonesia pada 12 Maret 1966.
Sejak peristiwa Gerakan 30 September 1965, sejumlah kader dan petinggi PKI memang menjadi buruan karena dianggap sebagai dalang pembunuhan para jenderal di TNI Angkatan Darat itu.
Namun, sejarah mencatat bahwa Presiden Soekarno sempat mengeluarkan Surat Perintah 13 Maret 1966, sebagai respons setelah Soeharto membubarkan PKI.
Sejarawan menilai, Supertasmar muncul karena Soeharto dianggap keliru menafsirkan isi Supersemar, terutama dalam kalimat "mengambil segala tindakan yang dianggap perlu...".
Dengan bermodalkan Supersemar, Soeharto kelak diangkat secara resmi menjadi presiden dengan persetujuan MPRS. Sehingga, ada tudingan bahwa Supersemar menjadi alat kudeta dalam menjatuhkan Soekarno.
Ada juga yang mempertanyakan kesahihan Supersemar, karena surat sakti itu tidak pernah diperlihatkan kepada publik hingga sekarang. Keberadaan Supersemar juga masih menjadi misteri hingga saat ini.
Seperti apa polemiknya? Simak dalam infografik berikut ini: