Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Kompas.com - 13/05/2024, 11:15 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.comBanjir bandang lahar dingin melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat sejak Sabtu (11/5/2024) malam.

Banjir lahar dingin menyebabkan empat kabupaten terdampak parah, yakni Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, dan Padang Pariaman.

Hingga Senin (13/5/2024), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat 41 korban meninggal dunia dan 17 orang lainnya masih hilang.

Lantas, apa penyebab terjadi banjir bandang di wilayah Sumatera Barat?

Baca juga: Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi


Penyebab banjir lahar dingin Sumbar

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, banjir bandang itu terjadi dari aliran sungai-sungai yang berhulu dari lereng atas Gunung Marapi.

"Lahar hujan terjadi karena endapan material hasil erupsi gunung Marapi yang terendapkan di lereng-lereng, kemudian tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," tuturnya dalam konferensi pers daring BMKG, Minggu (12/5/2024).

Menurutnya, banjir bandang terjadi ketika air hujan tertahan endapan vulkanik di hulu sungai, sehingga tidak mengalir ke hilir.

Baca juga: Arab Saudi Dilanda Hujan Lebat, Banjir Menerjang Madinah

Akumulasi air hujan yang terlalu banyak menjebol endapan tersebut, kemudian membawa material vulkanik berupa campuran pasir, batu, dan kerikil.

Selain banjir lahar hujan, dia menyebutkan bahwa sejumlah daerah di Sumatera Barat juga mengalami longsor. Bencana ini timbul akibat runtuhan batuan vulkanik.

"Fenomena ini semuanya dipicu hujan dengan intensitas lebat," tegas Dwikorita.

Hujan intensitas sedang hingga lebat, lanjutnya, melanda provinsi tersebut akibat adanya sirkulasi siklonik atau pusaran angin yang membawa uap air pembentuk awan hujan secara intensif pada 8 Mei 2024. 

Baca juga: Brasil Dilanda Banjir Terparah dalam Sejarah, 75 Warga Dilaporkan Meninggal

Temuan itu membuat BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca berupa hujan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang melanda pada 11 Mei 2024.

Dwikorita melanjutkan, fenomena ini juga dipengaruhi getaran gempa-gempa kecil yang meretakkan dan meruntuhkan bantuan di berbagai tempat Sumatera Barat. Kondisi ini menimbulkan endapan material di daerah hulu.

BMKG memperkirakan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berlangsung di Sumatera Barat hingga 22 Mei 2024.

"Untuk itu, kami mengimbau masyarakat memantau peringatan dini yang dikeluarkan BMKG setiap hari," imbuhnya.

Baca juga: Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Hal yang perlu diwaspadai publik

Gunung Marapi erupsi, Ranu (6/3/2024)Kompas.com/PERDANA PUTRA Gunung Marapi erupsi, Ranu (6/3/2024)
Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menuturkan, banjir material vulkanik Gunung Marapi tersebar ke berbagai arah.

Namun, banjir lahar dingin di Sumatera Barat paling banyak terdampak pada wilayah barat, yakni Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, dan Padang Pariaman. 

Wilayah utara dan selatan Sumatera Barat juga mungkin dilanda bencana serupa. Sementara wilayah timur tidak ada laporan terkena banjir bandang lahar dingin.

"Perlu ada penutupan jalan di jalur-jalur dengan curah hujan tinggi dan jalur lahar," ujarnya dalam konferensi pers BMKG, Minggu.

Dia menambahkan, antisipasi dapat dilakukan dengan menyesuaikan wilayah yang turun hujan di Sumatera Barat menurut prakiraan cuaca BMKG.

Pasalnya, wilayah tersebut kemungkinan besar juga akan mengalami banjir bandang lahar dingin.

Atas kejadian ini, BMKG dan PVMBG mengimbau masyarakat dan badan terkait untuk terus mengikuti informasi peringatan dini cuaca. Jika ada potensi bencana, perlu dilakukan upaya untuk melakukan mitigasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com