Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia Piala Thomas dan Piala Uber, Apa Bedanya?

Kompas.com - 01/05/2024, 20:00 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Di antara sejumlah kejuaraan bulu tangkis dunia, Piala Thomas dan Piala Uber termasuk yang paling bergengsi.

Keduanya sama-sama merupakan kejuaraan bulu tangkis dunia. Yang membedakan adalah, Piala Thomas untuk atlet bulu tangkis putra, sedangkan Piala Uber untuk atlet bulu tangkis putri.

Dalam format pertandingannya, Piala Thomas merupakan kejuaraan dunia bulu tangkis beregu putra. Sedangkan Piala Uber adalah kejuaraan dunia bulutangkis beregu putri.

Baca juga: Its Coming Home, Selamat Datang Kembali di Indonesia, Piala Thomas...


Sejarah Piala Thomas

Dikutip dari laman Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), Piala Thomas (Thomas Cup) adalah trofi yang diberikan untuk pemenang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Beregu Putra.

Pertama kali diadakan pada 1948, trofi kejuaraan ini berwarna perak, berbentuk sebuah cangkir piala, dengan figur seorang pemain berdiri di atas tutupnya.

Nama ‘Thomas’ digunakan untuk menghormati Sir George Thomas, Pendiri-Presiden legendaris Federasi Bulutangkis Internasional (sekarang BWF).

Dalam pelaksanaan awalnya, negara-negara dibagi menjadi empat zona: Pan Amerika, Asia (Timur dan Barat), Australasia, dan Eropa.

Baca juga: 8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

Kompetisi ini diadakan tiga tahun sekali, dan sejak pertama kali diadakan pada 1948, formatnya terdiri dari pertandingan best-of-nine: lima tunggal dan empat ganda.

Hingga tahun 1966/1967, pemenang antar zona harus melawan juara bertahan di final 'Challenge Round' untuk memperebutkan trofi. Setahun kemudian, Challenge Round dihapuskan.

Pada edisi 1984, dua perubahan signifikan terjadi. Pertama, Piala Thomas diadakan bersamaan dengan Piala Uber setiap dua tahun, bukan tiga tahun.

Kemudian format pertandingannya adalah best-of-five, artinya hasil imbang akan diperebutkan dalam lima pertandingan, bukan lagi sembilan pertandingan.

Baca juga: Jam Berapa Pertandingan Thomas Cup 2024 Indonesia Vs India? Simak Jadwalnya

Sejarah Piala Uber

Piala Uber (Uber Cup) adalah trofi yang diberikan untuk pemenang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Beregu Putri.

Melihat kesuksesan dari penyelenggaraan Piala Thomas, muncul ide untuk mengadakan kejuaraan bagi atlet bulu tangkis putri.

Kejuaraan Uber Cup diusulkan pada tahun 1950 oleh pemain legenda Inggris Betty Uber, dan akhirnya terwujud pada tahun 1956/1957.

Baca juga: Indonesia Mendominasi, Ini Daftar Negara yang Pernah Juara Thomas Cup

Trofi perak kejuaraan ini terdiri dari seorang pemain wanita di atas bola dunia yang dapat diputar, ditempatkan di atas alas.

Format awal pertandingan Piala Uber adalah best-of-seven, di mana terdiri dari tiga tunggal dan empat ganda.

Kemudian, sejak 1984 dan seterusnya, jumlah pertandingan dikurangi menjadi tiga tunggal dan dua ganda, seperti Piala Thomas.

Baca juga: Daftar Negara yang Pernah Juara Thomas dan Uber Cup, Bagaimana Indonesia?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Legenda Bulu Tangkis Liem Swie King

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Soroti Kasus Viral Ibu dan Anak Baju Biru di Tangsel, KPAI: Memori Buruk Dapat Melekat pada Korban

Tren
Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Ramai soal Tren Pernikahan Tanpa Rasa Cinta dan Hasrat Seksual di Jepang, Apa Itu?

Tren
Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Irak, Bakal Duel di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Tren
Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Kronologi Bupati Halmahera Utara Ancam Demonstran Pakai Parang, Berujung Dilaporkan ke Polisi

Tren
Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Bukan Mewakili Jumlah Anggota, Ini Makna 12 Bintang Emas yang Ada di Bendera Uni Eropa

Tren
Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Pendaftaran PPDB SD Surabaya 2024 Jalur Zonasi Kelurahan Dibuka, Klik Sd.ppdbsurabaya.net/pendaftaran

Tren
Mengenal Robot Gaban 'Segede Gaban', Sebesar Apa Bentuknya?

Mengenal Robot Gaban "Segede Gaban", Sebesar Apa Bentuknya?

Tren
Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Motif Ibu di Tangsel Rekam Video Cabuli Anak Sendiri, Mengaku Diancam dan Dijanjikan Rp 15 Juta

Tren
Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Tren
Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Tren
Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Tren
Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Tren
Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Tren
Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Tren
Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com