KOMPAS.com - Kisah perjalanan Nabi Nuh dengan bahtera atau kapal raksasanya mengarungi air bah, melegenda dalam sejarah Islam dan Kristen.
Nabi Nuh membuat kapal tersebut untuk menyelamatkan orang-orang beserta hewan dari banjir air bah yang sangat besar.
Spekulasi mengenai hewan-hewan di dalam kapal Nabi Nuh tersebut pun banyak beredar di masyarakat.
Alkitab sendiri tidak menyebutkan spesies apa saja yang masuk ke dalam kapal Nabi Nuh.
Alkitab hanya menyebutkan dua spesies hewan, yaitu seekor merpati dan gagak, yang diutus Nuh untuk mencari tahu apakah banjir sudah cukup surut dan ada daratan yang terlihat.
Ilmuwan dan ahli sejarah pun bertahun-tahun mendalami soal cerita Nabi Nuh ini untuk mengetahui teori yang paling mendekati soal ukuran kapal, lokasi persis, hingga spesies apa saja yang ikut masuk ke dalam kapal.
Baca juga: Ilmuwan Sebut Samudra Atlantik Akan Hilang, Ini Penyebabnya
Dikutip dari National Geographic, Rabu (27/3/2024), gambar narasi di Alkitab mengenai kisah kapal Nabi Nuh yang paling awal dan saat ini masih ada, dicetak pada koin abad ketiga Masehi yang menggambarkan kapal Nabi Nuh.
Koin perunggu itu diperkirakan dibuat di lokasi yang saat ini bernama Turkiye, dengan menunjukkan bahtera dan dua burung yang diduga merujuk pada merpati yang dikirim Nuh untuk mencari tahu daratan.
“Kami secara alami tertarik pada cerita tentang binatang,” ujar kurator senior manuskrip di Museum J. Paul Getty Los Angeles dan kurator berbagai pameran tentang ilustrasi hewan abad pertengahan, Elizabeth Morrison.
Seniman dan ilmuwan abad pertengahan sering menyusun daftar hewan-hewan ini dalam cerita yang terkait dengan Nabi Nuh, yang ditampilkan dalam buku penuh pesan moral dengan ilustrasi yang menarik.
“Kisah bahtera Nuh memiliki keuntungan tambahan karena adanya drama seperti itu. Ini seperti akhir dunia, kecuali Anda bisa menyelamatkan hewan,” ungkap Morrison.
Baca juga: Ilmuwan Teliti Banjir Besar Era Nabi Nuh, Apakah Benar-benar Terjadi?
Teori soal jenis hewan yang masuk ke bahtera ini diungkap oleh banyak ilmuwan dan pakar.
Seniman Eropa zaman dahulu yang memiliki sedikit pengetahuan tentang luasnya satwa liar global, hanya mampu memasukkan hewan-hewan yang familiar dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Misalnya, Hexateuch Inggris Kuno, sebuah manuskrip Anglo-Saxon abad ke-11, menggambarkan sapi, kambing, dan babi, yang terlihat meninggalkan bahtera dengan berpasang-pasangan.
Namun seiring waktu, dengan adanya kontak orang Eropa dengan seluruh dunia, keragaman hewan menjadi meningkat.