Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revaluasi Orde Reformasi

Kompas.com - 03/03/2024, 13:06 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

TERUS terang harus saya akui bahwa sebenarnya saya tergolong rakyat yang antusias mendukung Orde Reformasi karena memang mengharapkan masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik dalam arti lebih demokratis, lebih konstitusional, serta lebih memberantas KKN.

Reformasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna “perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara”.

Di dalam makna Reformasi terkandung kata “perubahan” dan “perbaikan”, maka wajar apabila saya bersama sesama rakyat jelata mengharapkan Orde Reformasi akan berhasil melakukan perubahan demi bukan perburukan, namun perbaikan masa depan bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Tak terasa sudah lebih dari seperempat abad berlalu, maka tidak ada salahnya dilakukan reinventarisasi serta revaluasi terhadap kinerja Orde Reformasi demi meninjau kenyataan pada masa kini.

Ternyata kenyataan masa kini beda dari harapan masa lalu. Das Sein beda dari Das Sollen.

Alih-alih lebih konstitusional ternyata yang nyata terwujud malah lebih inkonstitusional karena penguasa sedemikian berkuasa sehingga mampu menyesuaikan konsitusi dengan kepentingan penguasa.

Terbukti Trias Politica berhasil dikerdilkan menjadi Singularitas Politica semata.

Alih-alih demokrasi, yang merajalela malah democrazy di mana rakyat jelata hanya diutamakan terbatas pada masa kampanye pemilu belaka.

Setelah terpilih, maka para penguasa terjangkit virus amnesia sehingga lupa segala janji yang diobral pada masa kampanye.

Janji-janji manis segera dilupakan setelah penguasa dipilih oleh rakyat untuk berkuasa akibat pada hakikatnya yang diwakili oleh para anggota parlemen memang bukan rakyat, tetapi parpol.

Alih-alih diberantas, korupsi yang semula dilakukan terbatas kelompok elite malah dipemeratakan sedemikian rata sehingga kini bisa dilakukan oleh siapapun mulai dari jenjang hirarki teratas sampai ke terbawah.

Alih-alih dibasmi, nepotisme malah dieufemisasikan demi berganti istilah menjadi lebih keren dan lebih samar, yaitu politik dinasti yang pengejawantahannya didukung oleh Mahkamah Konstitusi demi mengedepankan semangat kekeluargaan.

Memang benar Orde Reformasi telah berhasil melakukan perubahan, namun tampaknya bukan ke arah perbaikan. Maka sebenarnya sebutan Orde Reformasi sudah tidak layak lagi disandang oleh rezim masa kini.

Menurut pendapat saya yang belum tentu benar, namun juga belum tentu keliru, pada hakikatnya sebutan yang lebih sesuai kenyataan bukan Orde Reformasi, tetapi Orde Deformasi sebagai perubahan secara drastis untuk bukan perbaikan negara, bangsa dan rakyat Indonesia.

Mohon dimengerti maka dimaafkan bahwa kali ini saya merasa kurang layak mengakhiri naskah ini dengan seruan “Merdeka”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com