Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghororkan Politik dan Memolitikkan Horor

Kompas.com - 09/02/2024, 05:55 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

SAYA tak pernah henti berterima kasih kepada Sri Begawan Jurnalisme Nusantara, almarhum Jakob Oetama yang telah bermurah hati membukukan, bahkan memberi kehormatan berupa kata pengantar terhadap naskah-naskah saya yang dimuat harian Kompas dengan judul “Naskah-Naskah Kompas” diterbitkan anak penerbit Gramedia, Elex Media Komputindo pada tahun 2009.

Satu di antara para naskah di dalam buku “Naskah-Naskah Kompas” berjudul “Menghumorkan Politik dan Mempolitikan Humor” yang dimuat harian Kompas pada 25 Maret 1989, berarti sekitar 36 tahun yang lalu.

Naskah kajian humor politik dan politik humor tersebut ditulis pada masa Orde Baru yang kemudian pada masa awal Orde Reformasi saya petik-muat kembali secara fragmental di dalam buku Humorologi diterbitkan setelah Ensiklopedi Kelirumologi dan Kelirumologi Reformasi.

Sementara humor an sich tidak pernah berubah kecuali tafsir terhadap humor yang niscaya berubah, ternyata politik dari masa ke masa niscaya senantiasa berubah sesuai dengan perubahan sepak-terjang para pelaku politik maupun apa yang disebut sebagai sistem politik selaras dalil cetirus paribus.

Maka setelah saya baca kembali naskah Menghumorkan Politik dan Mempolitikan Humor dari masa Orde Baru yang dianggap tidak demokratis, dapat disimpulkan bahwa isi naskah tersebut sudah tidak sesuai dengan suasana politik masa kini yang disebut sebagai Orde Reformasi yang konon sempat dianggap demokratis.

Ada satu hipotesa humorologis yang kontradiktif, maka paradoks, yaitu bahwa humor yang berkeliaran akibat lepas kendali akhlak, etika dan hukum rawan berevolusi menjadi antonim humor, yaitu horor.

Ternyata paradoks tersebut terjadi panggung politik Orde Reformasi dalam bentuk politik uang, politik sandera, politik inkonsitusional, politik eufemisme, politik disintegritas, politik penyesatan, politik kurawa, politik sandiwara, politik amnesia, politik nirakhlak, politik nirmalu, politik munafik, politik dinasti dan politik apapun yang kurang layak dianggap apalagi secara taksonomis dikategorikan sebagai humor.

Maka wajar bahwa suasana yang tersurat dan tersirat di dalam naskah Menghumorkan Politik dan Mempolitikan Humor, sebenarnya sudah anakronis apabila dibandingkan dengan kemelut kenyataan yang terjadi di atas, bawah, depan, belakang panggung politilk masa kini.

Pada hakikatnya adalah lebih sesuai kenyataan apabila naskah Menghumorkan politik dan Mempolitikan Humor kini diganti menjadi Menghororkan Politik dan Memolitikkan Horor.

Namun tampaknya para penguasa masa kini sudah cerdik belajar dari masa lalu sehingga mahir membuat undang-undang yang hermetis melindungi penguasa dari ancaman kritik, maka demi keselamatan diri sendiri mohon dimaafkan bahwa terasa lebih aman jika saya berhenti menulis naskah berbahaya ini sampai di sini saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com