BMKG menyampaikan, kondisi cuaca ekstrem yang terjadi disebabkan oleh Siklon Tropis Anggrek yang terpantau di Samudra Hindia Barat Daya Bengkulu dengan kecepatan angin maksimum 40 knot dan tekanan 995 hPa.
Siklon tropis ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di Samudra
Hindia barat Daya Lampung, di sekitar bibit siklon tropis.
"Diperkirakan intensitas Siklon Tropis Anggrek meningkat dalam 24 jam kedepan dan bergerak ke arah Tenggara," tulis BMKG dari laman resminya.
BMKG mengungkapkan, bibit Sikon Tropis 99s terpantau berada di Daratan Australia bagian Utara. Kecepatan angin maksimum sistem ini berada pada kisaran 15-20 knot dengan tekanan berada pada kisaran 997 hPa.
Akibatnya, kondisi ini membentuk daerah konvergensi dari Samudra Hindia Selatan Pulau Timor hingga Laut Timor.
Sistem ini menginduksi peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot (low level jet) di Maluku bagian Tenggara, Laut Banda, Laut Arafuru dan Papua Bagian Selatan.
Sirkulasi siklonik terpantau di Perairan Utara Kalimantan Barat. Sirkulasi siklonik ini membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dari Laut Cina Selatan utara Sabah hingga Laut Natuna.
Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau berada dari Laut Natuna hingga Selat Karimata.
"Kondisi ini mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar bibit siklon tropis atau pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah konvergensi atau konfluensi tersebut," jelas BMKG.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.