Pihaknya pun masih mengumpulkan data pasien pneumonia melalui pemeriksaan spesifik untuk mengetahui jenis bakteri penyebabnya.
Pemeriksaan spesifik tersebut bertujuan untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari suatu bakteri atau virus.
Sebab, menurut Ngabila, selain bakteri Mycoplasma pneumoniae, beberapa bakteri dan virus mungkin dapat menjadi biang pneumonia pada anak di Jakarta.
Misalnya, influenza, adenovirus, serta respiratory syncytial virus (RSV) yang menjadi virus paling banyak menginfeksi anak.
Kendati demikian, dalam kasus Mycoplasma pneumoniae, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi infeksi sekaligus.
Artinya, seorang anak dapat terinfeksi oleh lebih dari satu bakteri atau virus penyebab pneumonia.
Baca juga: Wabah Pneumonia Misterius Menyerang Anak-anak di China, Ini Gejalanya
Seiring maraknya kasus pneumonia, Ngabila mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), termasuk mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
Masyarakat juga diminta mengenakan masker saat berada di tengah keramaian, serta menjaga ventilasi dan jendela terbuka agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap baik.
"Terutama pada yang sedang sakit sebaiknya tidak keluar rumah atau memakai masker di sekolah, ruang kerja dan ruang tertutup lainnya," ujarnya, dikutip dari Antara, Minggu.
Tak hanya itu, orangtua juga perlu melakukan imunisasi rutin lengkap terhadap anak untuk mencegah pneumonia.
Baca juga: Cegah Pneumonia Misterius dari China, Ini Peringatan Waspada Kemenkes
Menurut Ngabila, tersedia 15 imunisasi gratis dari pemerintah yang dapat dimanfaatkan untuk anak dan orang dewasa.
Vaksinasi tersebut, termasuk Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk mencegah pneumonia dan Haemophilus influenzae tipe B/HiB.
Ada pula vaksin Covid-19 dosis pertama hingga keempat untuk masyarakat usia 18 tahun ke atas secara gratis di Puskesmas dan RSUD terdekat.
Selain vaksinasi gratis, masyarakat juga dapat melakukan vaksinasi influenza berbayar mandiri untuk usia 6 bulan ke atas, terutama kelompok rentan seperti balita, lansia, ibu menyusui, ibu hamil, dan tenaga kesehatan.
"Berobat ketika gejala pernapasan tidak membaik, serta melakukan deteksi dan terapi dini di fasilitas kesehatan," imbau Ngabila.
Baca juga: China Menambah Klinik Kesehatan untuk Menghadapi Pneumonia Misterius yang Menyerang Anak-anak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.