Hal yang sama juga diungkapkan oleh Direktur Ekonomi Digital dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda.
Ia menjelaskan, TikTok Shop ditutup bukan karena masalah dari TikTok, melainkan dari disrupsi aplikasi tersebut karena memengaruhi penjualan offline di Indonesia.
“Disrupsi ini memang terdapat di beberapa aspek serta beberapa sektor, dia membuat masyarakat kita yang memang tidak adaptif dengan teknologi jadi merasa kalah,” jelas Nailul kepada Kompas.com, Selasa (10/10/2023).
“Di mana kalau kita lihat, disrupsi ini dulu sempat terjadi sekali di transportasi online. Di mana ada beberapa perusahaan besar yang membuat aplikasi ojek online dan membuat ojek pangkalan kalah bersaing dengan transportasi online,” imbuhnya.
Baca juga: Sejarah Pasar Tanah Abang, Dulu Jadi Primadona, Kini Merana
Nailul mengatakan, kemunculan e-commerce juga memberikan dampak tersendiri, yaitu banyaknya gerai offline yang tutup, dan ini bukan hanya terjadi di Pasar Tanah Abang saja.
Menurut Nailul, salah satu penyebab penjualan di Pasar Tanah Abang menurun karena pedagang di sana tidak adaptif dengan teknologi.
“Menjadi masalah juga, dimana seharusnya pedagang tanah abang ini secara infrastruktur tidak kalah karena berada di tengah Kota Jakarta, internetnya juga cepat, tinggal bagaimana mereka adaptasi dengan teknologi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Nailul menjelaskan bahwa Ini menjadi tugas juga bagi pemerintah untuk meningkatkan infrastruktur untuk langkah selanjutnya.
"Pemerintah harus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk kelangsungan pertumbuhan ekonomi indonesia," pungkasnya.
Baca juga: TikTok Shop Ditutup, Ini Alternatifnya Menurut Pakar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.