Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Dirgahayu Sumbu Filosofi Yogyakarta

Kompas.com - 27/09/2023, 16:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HUMAS Daerah Istimewa Yogyakarta resmi memberitakan lembaga pendidikan dan kebudayaan PBB, UNESCO mengukuhkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan kebudayaan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 World Heritage Committe (WHC) di Riyadh Arab Saudi sesuai dokumen penetapan WHC 2345.COM 8B. 39 yang telah disahkan pada 18 September 2023.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, keberhasilan ini merupakan penghargaan atas mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwono I, pemrakarsa Sumbu Filosofi yang penuh dengan nilai-nilai kearifan adiluhung.

Sri Sultan berharap penetapan ini dapat dijadikan ajang pembelajaran bersama akan nilai-nilai universal yang diperlukan, untuk menciptakan dunia baru yang lebih baik pada masa depan.

Nilai luhur ini dapat menjadi inspirasi dan referensi untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.

Sumbu Filosofi Yogyakarta yang disebut oleh UNESCO sebagai The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, kini tidak hanya menjadi milik Yogyakarta atau Indonesia, tetapi juga menjadi milik dunia.

Konsep tata ruang yang kemudian dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta secara ragawi dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.

Struktur jalan tersebut berikut beberapa kawasan di sekelilingnya yang penuh simbolisme filosofis merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.

Beragam tradisi dan praktik kebudayaan Jawa, baik dalam pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual masih dilakukan di sekitar kawasan Sumbu Filosofi pada khususnya dan di Yogyakarta pada umumnya.

Segenap fakta itu merupakan bukti bahwa peradaban Jawa dan tradisi kebudayaanya wajib terus dilestarikan dan dikembangkan sampai masa kini dan masa depan.

Sebagai seorang insan warga Indonesia, jelas saya merasa bangga atas pengakuan UNESCO terhadap The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks alias Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan kebudayaan dunia.

Pada hakikatnya pengakuan UNESCO membenarkan keyakinan bahwa harkat dan martabat kearifan peradaban bangsa Indonesia dengan segenap mahakarsa dan mahakarya kearifan pemikirannya berdiri sama tinggi duduk sama rendah dengan harkat dan martabat kearifan peradaban bangsa manapun di marcapada ini. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com