Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan.

Politik dan Teori Kacau Balau

Kompas.com - 26/09/2023, 17:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA masa Orba, politik terkesan monoton maka membosankan sebab segala sesuatu sudah bisa dipastikan sebelumnya seperti 2+2 pasti = 4 .

Politik masa Orba sudah diatur sedemikian rapi oleh rezim penguasa demi menjamin kendali kekuasaan jangan sampai lepas dari genggaman.

Setelah Orde Reformasi menggantikan Orde Baru, maka suasana politik relatif lebih tidak membosankan sebab 2+2 belum tentu pasti = 4.

Pada masa awal Orde Reformasi, para politisi masih tulus dan polos akibat belum terlanjur menikmati nikmatnya kekuasaan sehingga masih fokus mengabdikan diri kepada negara, bangsa, dan rakyat.

Kemudian mirip dengan distopianya George Orwell di Animal Farm, lambat namun pasti penguasa Orde Reformasi kembali bersifat otoriter seperti penguasa Orde Baru.

Saya mulai tertarik untuk mempelajari politik secara organoleptik dari apa yang saya amati langsung dari laboratorium lapangan.

Untuk melakukan riset lapangan saya mencoba menggunakan aneka ragam lensa teori mulai dari kodeks Hammurabi, maksima Ptahhotep, arta-sastra Katulya, nihilisme Bharata Yudha, deterministika Bhagavad Gita, metafisika Platon, etika Aristotle lanjut ke Aquinas, stoika Cicero, khianatisme Brutus, spritualisme Agustinus, survival adaptif Machiavelli lanjut ke Darwinisme, utilitarianika Bentham, paradoksa Russel, eksistensialisme Sartre, loyalitas Konfusius, hasta-brata Kejawen, liberal nasionalisme Mazzini, postmodernisme Foucault, pesimisme Camus, semantika Chomsky, vindikatika Fukuyama, mandala Buddhisne, kontemplasi Zen sampai ke kemanusiaan Ibu Teresa lanjut ke Sandyawan Sumardi.

Namun apa yang terjadi panggung politik Indonesia pasca-Reformasi ternyata berkembang sedemikian dinamis multi-aspek, multi-bentuk dan multi-kompleks sehingga sudah berada di luar jangkauan segenap ilmu atau teori politik yang pernah digagas oleh para pemikir terkemuka di planet bumi ini.

Teori yang paling mendekati inti sukma dasar yang hakiki melekat pada kemelut, baik di atas panggung apalagi di belakang layar politik Indonesia tinggal tersisa apa yang disebut sebagai chaos theory alias teori kacau-balau yang semula terbatas berkeliaran di khasanah matematika sambil kerap merangsek masuk ke wilayah fisika, kimia, biologi dan kosmologi.

Teori kacau-balau, berhadapan dengan sifat sistem dinamika balistika non-linear tertentu yang dalam kondisi tertentu menunjukkan fenomena yang dikenal sebagai kekacaubalauan, terkait sifat sensitivitas pada kondisi awal seperti atmosfer, tata surya, lempeng tektonika, turbulensi fluida, gejolak sosio-ekonomi, pertumbuhan populasi dan politik.

Perbedaan kecil pada kondisi awal, seperti kesalahan dalam pengukuran atau pembulatan dalam perhitungan numerik, dapat menghasilkan hasil yang sangat berbeda untuk sistem dinamis tersebut, sehingga membuat prediksi jangka panjang atas perilakunya secara umum tidak mungkin dilakukan.

Hal ini dapat terjadi meskipun sistem ini bersifat deterministik, artinya perilaku masa depan mereka mengikuti pengembangan unik dan sepenuhnya ditentukan oleh kondisi awalnya, tanpa melibatkan unsur acak.

Dengan kata lain, sifat deterministikal teori kacau-balau membuatnya sulit, bahkan mustahil diprediksi.

Tak jelas mana kanan mana kiri, mana ujung mana pangkal, mana cabang mana ranting mana dahan, mana luar mana dalam, mana atas mana bawah, mana kepala mana ekor, mana hulu mana hilir.

Inkonsistensi deterministikaan sich juga menyelinap hadir di teori kuantum dengan segenap cabang dan rantingnya. Pendek kata 2+2 belum pasti = 4.

Di ring tinju yang paling sulit dihadapi adalah petinju kidal dan bermata juling yang mengaburkan arah gerak lengan dan tangan.

Teori kacau-balau diintisarikan maknanya oleh Edward Lorenz sebagai: “Ketika masa kini menentukan masa depan, namun perkiraan masa kini tidak menentukan masa depan”.

Maka di antara segenap teori di alam semesta ini naga-naganya teori kacau-balau memang layak dianggap sebagai yang paling mampu mendekati ekspresi suasana kemelut kekacau-balauan yang telah, sedang dan akan merajalela di panggung politik Indonesia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Pendaftaran Petugas KPPS Pemilu 2024 Dibuka, Berikut Tugas dan Besaran Gajinya

Pendaftaran Petugas KPPS Pemilu 2024 Dibuka, Berikut Tugas dan Besaran Gajinya

Tren
Harbolnas 12.12: Ini 8 Daftar Produk yang Tawarkan Promo Spesial

Harbolnas 12.12: Ini 8 Daftar Produk yang Tawarkan Promo Spesial

Tren
Cara Ikut Lelang Barang Gratifikasi KPK 13 Desember 2023, Ada Album BTS, Sepeda Listrik, dan PS 5

Cara Ikut Lelang Barang Gratifikasi KPK 13 Desember 2023, Ada Album BTS, Sepeda Listrik, dan PS 5

Tren
Penjelasan KAI soal Foto Pramugari KA Wisata yang Beri Layanan Bermain Bersama Anak-anak

Penjelasan KAI soal Foto Pramugari KA Wisata yang Beri Layanan Bermain Bersama Anak-anak

Tren
Semua Meteran Listrik Konvensional Akan Diganti Jadi Smart Meter AMI, PLN Pastikan Gratis

Semua Meteran Listrik Konvensional Akan Diganti Jadi Smart Meter AMI, PLN Pastikan Gratis

Tren
Penipuan Quishing Bisa Kuras Rekening Pakai QR Code, Bagaimana Cara Mencegahnya?

Penipuan Quishing Bisa Kuras Rekening Pakai QR Code, Bagaimana Cara Mencegahnya?

Tren
Cara Ampuh Usir Tikus Pakai Bawang Putih, Kapur Barus, Soda, dan Cabai

Cara Ampuh Usir Tikus Pakai Bawang Putih, Kapur Barus, Soda, dan Cabai

Tren
Ada 28 Persen Warga Belum Menentukan Pilihan, Akankah Debat Capres-Cawapres Jadi Penentu?

Ada 28 Persen Warga Belum Menentukan Pilihan, Akankah Debat Capres-Cawapres Jadi Penentu?

Tren
Kerap Dianggap Tanaman Liar, Putri Malu Dijual Rp 150.000 di Swiss

Kerap Dianggap Tanaman Liar, Putri Malu Dijual Rp 150.000 di Swiss

Tren
Menggerus 'Trias Politica'

Menggerus "Trias Politica"

Tren
Sejumlah Wilayah Alami Penurunan Curah Hujan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Sejumlah Wilayah Alami Penurunan Curah Hujan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Efek Mengonsumsi Kol Goreng bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui

Efek Mengonsumsi Kol Goreng bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui

Tren
Cara Mengganti Password Hotspot pada Ponsel Android dan iPhone

Cara Mengganti Password Hotspot pada Ponsel Android dan iPhone

Tren
Tomat yang Dipanen di Luar Angkasa Hilang, Ditemukan 8 Bulan Kemudian

Tomat yang Dipanen di Luar Angkasa Hilang, Ditemukan 8 Bulan Kemudian

Tren
Sudah Ada E-KTP, Kenapa Pemerintah Terapkan IKD? Ini Jawaban Dukcapil

Sudah Ada E-KTP, Kenapa Pemerintah Terapkan IKD? Ini Jawaban Dukcapil

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com