Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Penjual Sering Beri Harga Rp 999, Ini Penjelasan Ahli Marketing

Kompas.com - 10/09/2023, 17:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Dampak psikologis pembeli

Psikolog sekaligus dosen di Fakultas Psikologi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo menjelaskan, harga berakhiran 999 dicantumkan supaya pembeli yang berbelanja melihat nominalnya seolah-olah berada di bawahnya.

"Jadi, cenderung misalnya Rp 35.000 orang melihat Rp 35.000-nya. Tapi, kalau bikin harga Rp 34.999 maka orang akan melihat '34'-nya," ujar Ratna kepada Kompas.com, Minggu (10/9/2023).

"Nah, otak kita itu meng-order-kan nomor sebegitu cepatnya. Bahkan, di luar kesadaran kita. Begitu melihat '34' seolah-olah lebih murah," jelasnya.

Baca juga: Penemu Sebut Tidak Butuh Pemerintah dan Hendak Jual Nikuba Rp 15 Miliar ke Luar Negeri, Ini Respons BRIN

Trik lainnya

Di sisi lain, Ratna juga menerangkan trik penjualan lain menyangkut harga berakhiran 999 yang membuat pembeli kepincut dengan produk yang ditawarkan.

Ia mengatakan, penjual bisa saja mencantumkan harga produk dengan "permainan" ukuran huruf yang besar dan kecil.

Misalnya, ketika sebuah produk dihargai Rp 35.000, maka nominal yang tertera akan ditulis dengan huruf besar dan jarak antarhuruf yang berdekatan.

Sementara, harga berakhiran 999 ditulis dengan jarak huruf yang agak berjauhan dan tulisannya lebih kecil.

"Jadi, itu adalah trik psikologi di mana orang cenderung melihat harga yang kecil," imbuh Ratna.

Baca juga: Ramai soal Bjorka Jual 19 Juta Data Diklaim Milik BPJS Ketenagakerjaan, Benarkah?

Psikologi diperlukan dalam pencantuman harga

Lebih lanjut, Ratna juga menjelaskan, pencantuman harga berakhiran 999 merupakan salah satu bagian dari psikologi di mana ilmu ini tidak hanya untuk membahas perilaku orang yang terkena gangguan mental.

Namun, psikologi juga bisa digunakan ketika seseorang dalam keadaan normal, terutama saat penetapan harga.

Ratna menerangkan, psikologi bisa dimanfaatkan untuk menarik pembeli supaya mereka bisa memutuskan dengan segera produk apa yang ingin diambil.

"Dengan berbagai cara yang diyakini akan menekan dirinya (konsumen) untuk melakukan pembelian," katanya.

"Meskipun kadang-kadang setelah membeli itu orang jadi mikir, 'Kenapa ya aku ngebeli ini. Semacam ada penyesalan'," terang Ratna.

Baca juga: Ramai soal Bahaya Membuang Bungkus Paket Belanja Online Sembarangan, Ini Kata Pakar

Cara mengontrol diri saat berbelanja

Mengingat banyak toko, minimarket, maupun supermarket yang mencantumkan harga berakhiran 999, Ratna memberikan saran supaya konsumen tidak membeli produk yang tidak dibutuhkan dengan embel-embel murah.

Pertama, konsumen perlu mengingat apakah produk yang akan dibeli benar-benar diperlukan. Hal ini berlaku bagi mereka yang sudah berkeluarga dan ingin mengatur keuangan.

Selain itu, pastikan dan catat juga produk sejenis yang akan dibeli, persediaannya di rumah masih ada.

Hal tersebut bisa diterapkan ketika melihat produk yang dapat bertahan lama, seperti kosmetik.

"Ingat di rumah, punya stoknya ya jangan dibeli," kata Ratna.

Di sisi lain, ia juga mengingatkan pembeli untuk melatih dirinya sendiri. Perlu diingat bahwa harga yang seolah-olah tampak murah tidak berarti benar-benar murah.

Bisa jadi, produk yang dilabeli harga murah akan kadaluarsa sehingga mendapat potongan harga agar cepat laku.

"Bukan berarti produk (yang dapat potongan harga) itu lebih baik," jelas Ratna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com