Selama masa kepemimpinannya di triwulan pertama dan kedua 2023, Ade mengatakan bahwa evaluasi kinerja Kecamatan Gajakmungkur meraih peringkat paling atas di antara 16 kecamatan lainnya.
"Kalau bicara stunting, ketika saya masuk ada 60-an, ini saya tinggal 20-an. Kemudian urban farming, Gajahmungkur juga dapat CSR dari perbankan senilai Rp 100 juta. Ada yang dua kali Rp 150 juta dan Rp 100 juta," kata dia.
"Coba dibandingkan teman-teman lain yang mati (urban farming-nya) juga banyak gitu. Jadi ya enggak tahu (alasan mutasi). Tanyakan ke yang mindah, ke wali kotanya langsung," tambah Ade.
Baca juga: Kronologi Tabrakan Beruntun di Jatibarang Semarang, Diduga Berawal dari Truk Rem Blong
Kendati demikian, Ade mengatakan siap menjalani tugasnya yang baru.
"Kalau secara aturan camat dan sekdin itu eselonnya sama, kelas jabatannya sama. Jadi sebagai ASN yang taat terhadap aturan, ya harus dijalani sebagai bagian dari perjalanan karier," ucapnya.
Ade mengaku senang dengan posisinya kini sebagai sekretaris pemadam kebakaran atau Damkar Kota Semarang karena merupakan hal yang baru.
"Memang saya belum pernah di situ (Damkar Kota Semarang). Jadi ada tantangan buat saya sebagai ASN muda," jelasnya.
Dia bahkan sudah merencanakan program inovasi yang bakal digagasnya, seperti penerapan teknologi, konsep modern, dan kemudahan pelayanan Damkar.
Ade mengibaratkan mutasi yang dialaminya sebagai pelepasan atribut baju yang dia kenakan.
"Kemarin (pakai) baju camat sekarang dilepas dan ganti baju pemadam kebakaran," ungkap Ade.
Pemilik moto hidup Urip iku kudu Urup itu mengaku tidak akan patah semangat dengan proses mutasi dirinya.
"Jadi jalani ini saja yang penting memberikan manfaat yang banyak ke masyarakat yang lebih luas," tandas dia.
Terpisah, Kompas.com menghubungi Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu pada Rabu (2/8/2023).
Wanita yang kerap disapa Mbak Ita itu dengan tegas mengatakan bahwa mutasi Ade Bhakti tidak berkaitan dengan konten nasi goreng.
"Tidak ada (kaitannya)," tegas Ita.