Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Dilarang Ambil Foto dan Rekam Orang Jepang dengan Kamera?

Kompas.com - 31/07/2023, 12:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengambil foto dan merekam video menjadi aktivitas yang dilakukan turis atau warga asing saat berkunjung ke negara mana pun, termasuk Jepang.

Umumnya, mereka akan memotret bangunan di Negara Sakura tersebut, suasana, pemandangan, serta orang-orang yang ada di sekitarnya.

Namun, salah satu warganet, mengingatkan warganet lain bahwa masyarakat Jepang dikenal sangat ketat menjaga privasinya. Hal tersebut membuat mereka tidak mau direkam sembarangan oleh orang asing.

Hal tersebut diungkapkan di akun Twitter ini, Sabtu (29/7/2023). Di mana warganet mengomentari video yang merekam masyarakat Jepang saat berjalan kaki.

"Udah ijin orangnya belum itu? Orang Jepang sangat aware soal konten2 asal rekam gini loh," katanya.

Hingga Senin (30/7/2023), unggahan tersebut tayang sebanyak 1,6 kali dan disukai 714 pengguna Twitter.

Lantas, bagamaina aturan mengambil foto dan video di Jepang?

Baca juga: Siapa Pemilik Puncak Gunung Fuji? Ternyata Bukan Tempat Wisata Milik Publik


Penjelasan pakar

Dosen Prodi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjadjaran (Unpad) Inu Isnaeni Sidiq mengungkapkan bahwa masyarakat Jepang sangat menghargai privasi seseorang.

"Tindakan tidak mengambil foto atau video yang mungkin memperlihatkan orang lain atau barang milik orang lain yang dapat memungkinkan seseorang teridentifikasi identitasnya adalah sesuatu hal yang dianggap sebagai common sense (kewajaran) oleh masyarakat Jepang," jelasnya kepada Kompas.com, Minggu (30/7/2023).

Menurut Inu, masyarakat Jepang tidak menyukai foto atau video yang menunjukkan identitas mereka diambil.

Hal tersebut juga berlaku jika foto atau video yang diambil menujukkan pelat nomor mobil, nomor rumah, dan sebagainya.

"Sebetulnya mereka lazimnya tidak akan memperlihatkan atau membagikan informasi pribadi di muka umum," lanjut Inu.

Inu menambahkan, privasi ini yang kemudian membuat masyarakat Jepang lebih menyukai aplikasi Twitter daripada Facebook. Ini karena media sosial tersebut sejak awal membolehkan penggunanya tidak membagikan informasi pribadi secara terbuka.

Meski begitu, menurutnya, sebagian orang Jepang mulai membuka privasi mereka menyesuaikan dengan kemajuan media sosial.

Mereka mau memonetisasi sekeliling mereka demi kepentingan komersial sebagai kreator konten.

Baca juga: Apa Itu Randoseru, Tas Kotak yang Dipakai Anak Sekolah di Jepang?

Privasi anak

Terpisah, dosen Prodi Sastra Jepang FIB Universitas Brawijaya Malang, Ni Made Savitri menyatakan bahwa masyarakat Jepang menghindari publikasi konten yang menunjukkan anak-anak.

"Perihal soal foto, yang saya tahu sebisa mungkin tidak mempublikasikan foto anak-anak di publik, terutama jika tanpa izin dari orang tuanya," ujar dia kepada Kompas.com, Minggu (30/7/2023).

Menurut Made, ia pernah diminta untuk tidak menampilkan wajah anak-anak saat mengunggah foto di media sosial ketika ia berkunjung ke sekolah di Jepang.

Ia menyebut, hal ini dilakukan untuk menghindari tindakan kejahatan yang mengincar anak-anak.

Baca juga: Cara Menerapkan Shokuiku, Kebiasaan Makan Sehat Anti-buncit ala Jepang

Aturan ambil foto dan video di Jepang

Ilustrasi turis di Jepang.Pexels/WENCHENG JIANG Ilustrasi turis di Jepang.
Diberitakan The Japan Times (25/1/2015), tidak ada larangan pasti mengenai pengambilan foto dan video di negara tersebut. Ini karena kebebasan berekspresi dijamin oleh Pasal 21 Konstitusi.

Pengambilan foto dan video termasuk cara seseorang mengekspresikan ide sehingga dilindungi konstitusi.

Meski begitu, warga di sana berhak untuk tidak mau difoto atau difilmkan meskipun tanpa alasan kuat.

Ini sesuai dengan hak potret yang diatur dalam Pasal 13 Konstitusi bahwa negara menjamin warganya untuk hidup, bebas, dan mengejar kebahagiaan.

Baca juga: Ramai soal Makan Sushi Pakai Tangan Ditegur Harus Menggunakan Sumpit, Benarkah Itu Budaya Jepang?

Fotografi yang dilarang di Jepang

Sementara itu, ada beberapa situasi di mana pengambilan foto dan video dibatasi di Jepang.

Kementerian Luar Negeri Jepang mengimbau agar warga berhati-hati supaya tidak memotret fasilitas militer maupun fasilitas pemerintahan.

Orang yang ingin mengambil foto dan video juga perlu memperhatikan tanda larangan fotografi di suatu tempat.

Dikutip dari Utaten (19/5/2020), penonton pertunjukan langsung seperti acara konser musik juga dilarang merekam aksi penyanyi yang ia tonton karena ada tuntutan hak cipta dan hak potret.

Selain itu, fotografi dan perekaman di ruang sidang pengadilan juga tidak dapat dilakukan tanpa izin karena dapat menjadi sarana untuk menekan terdakwa atau saksi maupun  mengganggu ketertiban sidang.

Jepang membolehkan fotografi di bagian luar kuil maupun penggunaan drone selain di bandara atau tempat ramai, seperti diberitakan Asian Options (4/1/2021).

Namun, transportasi umum biasanya akan memasang tanda larangan fotografi.

Selain itu, dilansir dari From Japan (27/7/2020), Jepang melarang penggunaan tongkat selfie dan dilarang melakukan fotografi di dekat rumah penduduk yang masih berpenghuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Apa Saja Cara dan Syarat Pisah KK? Berikut Penjelasan Dirjen Dukcapil

Apa Saja Cara dan Syarat Pisah KK? Berikut Penjelasan Dirjen Dukcapil

Tren
Deret Ormas Keagamaan yang Tak Akan Ajukan Izin Kelola Tambang

Deret Ormas Keagamaan yang Tak Akan Ajukan Izin Kelola Tambang

Tren
6 Layanan Masyarakat yang Wajib Pakai BPJS Kesehatan, Terbaru Pembuatan SIM

6 Layanan Masyarakat yang Wajib Pakai BPJS Kesehatan, Terbaru Pembuatan SIM

Tren
Mengapa Sebagian Masyarakat Bisa Percaya Teori Konspirasi? Ini Alasannya

Mengapa Sebagian Masyarakat Bisa Percaya Teori Konspirasi? Ini Alasannya

Tren
Darah Rendah dan Asam Lambung Disebut Punya Risiko Kematian, Dokter Ungkap Faktanya

Darah Rendah dan Asam Lambung Disebut Punya Risiko Kematian, Dokter Ungkap Faktanya

Tren
Beredar Cara Cek Kebocoran Arus dengan Kode Meteran Listrik, Ini Penjelasan PLN

Beredar Cara Cek Kebocoran Arus dengan Kode Meteran Listrik, Ini Penjelasan PLN

Tren
Flu Burung Mematikan Dapat Menular ke Kucing, Apa yang Harus Dilakukan Pemilik Hewan?

Flu Burung Mematikan Dapat Menular ke Kucing, Apa yang Harus Dilakukan Pemilik Hewan?

Tren
Gugat Meta, Eks Karyawan Tuding Induk Perusahaan Facebook Itu Sensor Konten Pro Palestina

Gugat Meta, Eks Karyawan Tuding Induk Perusahaan Facebook Itu Sensor Konten Pro Palestina

Tren
Berapa Banyak Uang yang Bisa Membuat Orang Bahagia? Ini Kata Studi

Berapa Banyak Uang yang Bisa Membuat Orang Bahagia? Ini Kata Studi

Tren
5 Sarapan Sehat untuk Menurunkan Kolesterol secara Alami, Apa Saja?

5 Sarapan Sehat untuk Menurunkan Kolesterol secara Alami, Apa Saja?

Tren
5 Manfaat Minum Air Putih Sebelum Kopi di Pagi Hari, Apa Saja?

5 Manfaat Minum Air Putih Sebelum Kopi di Pagi Hari, Apa Saja?

Tren
5 Pilihan Ikan Rendah Merkuri, Kurangi Potensi Efek Buruk bagi Tubuh

5 Pilihan Ikan Rendah Merkuri, Kurangi Potensi Efek Buruk bagi Tubuh

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Juni 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Pakar Teknologi Klaim Temukan MH370 di Kamboja | Cerita Para Peserta Tapera

[POPULER TREN] Pakar Teknologi Klaim Temukan MH370 di Kamboja | Cerita Para Peserta Tapera

Tren
Apakah Jalan Kaki 5.000 Langkah Per Hari Cukup? Ini Penjelasan Ahli

Apakah Jalan Kaki 5.000 Langkah Per Hari Cukup? Ini Penjelasan Ahli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com