"Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah barat ke timur, yaitu dari wilayah Samudera Hindia ke arah Samudera Pasifik dan melewati wilayah Indonesia dengan siklus pergerakan sekitar 30-40 hari pada MJO," jelasnya.
"Sedangkan pada Kelvin dalam skala yang relatif lebih cepat, yaitu harian," sambung dia.
Baca juga: Fenomena El Nino dan Peringatan WHO soal Peningkatan Penyebaran Penyakit
Guswanto juga menjelaskan, gelombang Rossby yang memicu pertumbuhan awan hujan akan bergerak dari arah timur ke barat.
Pergerakan gelombang Rossby dari arah Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia yang kemudian melewati wilayah Indonesia.
Gelombang Rossby yang berpotensi melalui Indonesia secara tidak langsung menyebabkan peningkatan curah hujan secara signifikan di beberapa wilayah.
"Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan," papar Guswanto.
Baca juga: Kemarau Panjang, BPBD Ingatkan Bahaya Kebakaran
Lebih lanjut, Guswanto juga membeberkan faktor lain yang menyebabkan sebagian wilayah Indonesia dilanda hujan saat musim kemarau.
Ia mengatakan, hal tersebut dipicu oleh terjadinya pola belokan dan perlambatan angin di sekitar wilayah Indonesia.
Pola belokan dan perlambatan angin dipicu oleh adanya pola sirkulasi di sekitar wilayah Samudera Pasifik utara Papua Barat.
"Kondisi ini dapat turut memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan," jelas dia.
Baca juga: Video Viral Petir Menyambar-nyambar di Langit Surabaya, Ada Apa?
Di sisi lain, Guswanto juga mengamati terjadinya anomali suhu muka laut di perairan Indonesia dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan pemantauan, anomali suhu muka laut secara umum relatif normal dengan kisaran 1-2 derajat Celsius.
Kondisi tersebut, kata Guswanto, terjadi di sebagian kecil perairan utara dekat pesisir Jawa hingga Nusa Tenggara, sebagian perairan selatan Sulawesi, sekitar perairan Maluku, dan selatan Papua.
Meski begitu, ia juga mendapati wilayah perairan lain di Indonesia umumnya berada pada anomali di bawah 1 derajat Celsius.