Kekeliruan mewarisi kekeliruan Aristoteles membuat sikap dan perilaku kita di masa kini menjadi serba keliru sebab secara kelirumologis masalah kekeliruan Aristoteles memang simpang-siur bahkan tumpang-tindih berlapis-lapis akibat tafsir terhadap pemikiran Aristoteles yang saling beda satu dengan lain-lainnya.
Masih diperparah oleh aneka ragam tafsir manusia yang berhak menafsirkan berdasar kehendak dan selera masing-masing.
Apalagi ada pula pihak yang menegaskan bahwa Aristoteles mustahil keliru karena Aristoteles sudah bukan manusia lagi, tetapi mahluk sekelas malaikat maka mustahil keliru.
Namun warisan kekeliruan Aristoteles memiliki hikmah tersendiri, yaitu membenarkan mazhab kelirumologi bahwa jika kita melakukan kekeliruan yang juga dilakukan banyak orang yang sudah terbiasa melakukan kekeliruan tanpa ada yang berani mengoreksinya sebab tidak sadar bahwa kekeliruan yang dilakukan secara berjemaah itu sebenarnya keliru maka kita rawan terlanjur nyaman terperangkap di dalam zona kenyamanan untuk tetap melakukan kekeliruan.
Situasi-kondisi keliru-kaprah mirip kita terlanjur terperangkap di zona kenyamanan menggunakan istilah-istilah asing secara keliru namun terlanjur dianggap benar secara berjemaah.
Misal, Konsumerisme adalah perilaku konsumtif berlebihan, padahal gerakan melindungi kepentingan konsumen.
Machiavellianisme adalah mazhab penguasa menghalalkan segala cara untuk berkuasa, padahal Nicolo Machiavelli sekadar mengamati angkara murka dinasti Borgia.
Fobia terhadap Radikalisme, padahal kaum penjajah memenjarakan Bung Karno dan Bung Hatta atas anggapan dua putra terbaik Indonesia itu radikal ingin memerdekakan Indonesia dari belenggu penjajahan.
Benci politik identitas, padahal mustahil ada politik tanpa identitas selama yang melakukan politik adalah manusia yang pasti memiliki identitas dirinya sendiri masing-masing.
Atau menggunakan istilah “graha” untuk suatu bangunan gedung, sementara makna aslinya dalam bahasa Sansekerta adalah buaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.