KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang membahas penggunaan kata 'Tata Surya' sebagai padanan 'Solar System' serta 'Bimasakti' digunakan untuk menggantikan 'Milky Way' ramai beredar di media sosial.
Pembahasan tersebut pertama kali dimulai oleh akun Twitter ini pada Selasa (30/5/2023).
Suka kata Bimasakti dan ada sejarahnya kenapa bisa jadi padanan Milkyway di Jawa dan bahasa Indonesia.
— Ananda (@imananda01) May 31, 2023
Dalam unggahannya, warganet tersebut menyatakan kata 'Tata Surya' terdengar indah dibandingkan versi bahasa Inggris-nya yaitu 'Solar System'.
Mengetahui unggahan tersebut, warganet lain lantas mengungkapkan pendapat yang serupa. Ia menyukai kata 'Bimasakti' yang menjadi padanan 'Milky Way' di Indonesia.
Lalu, mengapa kata Tata Surya-Bimasakti menjadi pengganti Solar System dan Milky Way di Indonesia?
Baca juga: 5 Fakta Mengejutkan dari Planet-planet di Tata Surya
"Solar System adalah penamaan resmi dari sebuah sistem keplanetan yang menginduk pada Matahari (Solar) sebagai benda utama," jelasnya kepada Kompas.com, Jumat (2/6/2023).
Ia mengungkapkan, Matahari akan mengatur gerak dari benda-benda di Tata Surya, seperti planet, planet kerdil, benda langit seperti asteroid atau komet, dan proses lain yang terjadi di dalamnya seperti cuaca antariksa.
Nama Solar System dirumuskan dan ditentukan oleh Organisasi Ahli Astronomi Internasional (IAU).
"Bimasakti adalah penamaan pada galaksi tempat Tata Surya kita berada," lanjut Emannuel Sungging.
Ia menyatakan bahwa nama tersebut diadopsi dari interpretasi nenek moyang bangsa Indonesia.
Mereka memaknai benda di angkasa seolah-olah menggambarkan tokoh wayang Bima sedang bertarung di laut dalam mitologi Dewa Ruci.
"Versi barat-nya disebut sebagai Milky Way (jalur susu), jadi hanya masalah penamaan saja dari tempat galaksi kita berada," tambahnya.
Baca juga: Seperti Apa Galaksi Bimasakti? Begini Cara Menyaksikannya
"Untuk istilah Bimasakti itu berdasarkan analogi dari senjata Bima yang berupa anak panah yang melesat," kata dia.
Ia menjelaskan, bhima dalam bahasa Sanskerta berarti 'menakjubkan, menakutkan, dan mengerikan'. Kata ini dijadikan nama tokoh wayang Pandawa.
Sementara sakti bermakna 'kemampuan, kekuatan, dan energi' dalam bahasa Sanskerta.
"(Istilah) Bimasakti itu maksudnya kemampuan Bima. Kemampuan sama dengan senjata," tambahnya.
Karena angkasa dianggap sebagai pertarungan Bima, istilah Bimasakti kemudian diadopsi sebagai nama galaksi yang ditempati manusia di Tata Surya.
Sementara di luar negeri, istilah Milky Way digunakan karena galaksi ini terlihat berwarna putih yang dapat dianalogikan sebagai susu.
"Kalau Tata Surya itu memang terjemahan dari Solar System," tambahnya.
Dora menjelaskan, solar berarti Matahari atau surya dalam bahasa Indonesia. Sementara kata system dapat diartikan sebagai sistem yang bersinonim dengan kata tata.
Baca juga: Peneliti Temukan Sistem Cincin Baru di Ujung Tata Surya
Di sisi lain, Ketua Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Padjadjaran Nani Darmayanti mengungkapkan bahwa suatu kata dapat digunakan tergantung penggunanya. Ini sesuai dengan sifat bahasa yang arbitrer atau manasuka.
Arbitrer berarti penggunaan suatu bahasa tergantung oleh penggunanya dan tidak selalu berarti sama antarorang.
"Jadi, paling utama mungkin pengguna bahasa suka ya jadi bertahan," ujarnya.
Menurut Nani, seseorang bisa menyukai dan menggunakan suatu istilah atau kata dalam bahasa karena berbagai faktor.
Misalnya, penggunaan kata tersebut sesuai dengan maknanya dalam bahasa Indonesia maupun sering digunakan oleh media dan masyarakat luas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.