Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Meteor Warna Hijau Meledak di Australia, Ini Kata Ahli

Kompas.com - 28/05/2023, 20:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah meteor jatuh dan meledak di Australia pada 20 Mei 2023 pukul 21.22 waktu setempat.

Rekaman detik-detik ledakan meteor berwarna hijau tersebut, viral di sejumlah media sosial.

Salah satu unggahan yang banyak dibagikan ulang di media sosial adalah unggahan dari akun Facebook Bandara Cairns Queensland yang merupakan rekaman dari kamera CCTV bandara.

"Kami menyaksikan beberapa aktivitas luar biasa di langit kami tadi malam! Siapa lagi yang berhasil menemukan meteor itu?" tulis keterangan akun tersebut pada 21 Mei 2023 lalu.

Hingga Minggu (28/5/2023) unggahan tersebut disukai lebih dari 3.400 kali dan mendapat 1.500 komentar, serta dilihat lebih dari 237.000 tayangan.

Dikutip dari laman Space, sejumlah rekaman tambahan yang diambil dari ponsel warga, kamera dasbor, dan kamera keamanan menunjukkan bahwa ledakan meteor tersebut menimbulkan suara yang cukup keras, terutama di Kota Croydon sekitar 500 km sebelah barat Cairns, Australia.

Unggahan mengenai meteor di Australia tersebut juga dibagikan warganet Indonesia di media sosial salah satunya diunggah oleh akun Twitter @bdleonanda yang mengunggah video pada 24 Mei 2023 lalu.

 

Penjelasan astrofisikawan

Astrofisikawan di Australian National Universitty Canbera Brad Tucker menilai ledakan tersebut berasal dari batu meteor yang berukuran kecil.

"Batu luar angkasa itu kemungkinan cukup kecil, antara 0,5 meter dan 1 meter, dan bisa bergerak hingga 150.000 km per jam," kata Tucker. 

Ia mengatakan, sebagian besar meteor terbuat dari batu chondrite. Sementara warna kehijauan yang muncul dalam kejadian tersebut menurutnya disebabkan oleh panas berlebih dari pecahan besi dan nikel saat batuan pecah sebelum menyentuh tanah.

Ia menilai tabrakan batu meteor dengan Bumi tak akan membentuk kawah, lantaran umumnya akan terfregmentasi menjadi sangat kecil ketika sampai di permukaan.

Walaupun meteor tersebut menyala lantaran adanya gesekan saat masuk ke atmosfer, namun menurutnya sebagian batuan masih membeku saat tiba di daratan.

"Gesekan menumpuk dan menyebabkan cahaya itu dan kemudian mencapai titik puncaknya, yang menyebabkan kilatan besar dan dentuman sonik,” kata Tucker.

Menurutnya ledakan cukup mengkhawatirkan jika terjadi di daerah berpenduduk.

Berukuran kecil

Tucker juga menjelaskan, meteor yang jatuh di Australia tersebut berukuran kecil. Dia menyebutkan, meteor yang perlu dikhawatirkan adalah yang berukuran 10 meter, atau lebih dari 20 meter.

Hal semacam ini kata dia, pernah terjadi pada 2013, di mana meteor setinggi 20 meter meledak di atas kota Chelyabinsk, Rusia.

Para ilmuwan saat itu mengatakan batu itu meledak dengan energi sebesar 500 kiloton TNT. Akibatnya jendela di 3.600 gedung apartemen hancur dan atap pabrik runtuh.

Meteor tersebut juga memiliki sinar 30 kali lebih terang dari Matahari hingga menyebabkan orang-orang hingga jarak 18 mil jauhnya mengalami luka bakar.

Meteor menabrak atmosfer Bumi seperti ini sering terjadi setiap bulan atau lebih.

Tetapi kata Tucker, karena sebagian besar permukaan Bumi tidak berpenghuni sebagian besar tidak diperhatikan oleh masyarakat umum.

Baca juga: Warga Bekasi Keluhkan Jalan Rusak, Berlubang karena Dihunjam Meteor dan Berharap Jokowi Datang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com