Pemanasan suhu itulah yang disinyalir menyebabkan terjadinya ledakan populasi alga yang memenuhi dasar laut yang di bawahnya terdapat sedimen yang kaya dan licin. Akibatnya, membuat wilayah tersebut rentan terhadap bahaya longsor.
"Selama iklim dingin dan zaman es berikutnya, lapisan licin ini ditutupi oleh lapisan tebal kerikil kasar yang dibawa oleh gletser dan gunung es," ujar Robert McKay, direktur Pusat Penelitian Antartika di Victoria University of Wellington dan wakil kepala ilmuwan Program Penemuan Lautan Internasional Ekspedisi 374 yang mengekstraksi inti sedimen pada 2018.
Baca juga: Bagaimana Proses Terjadinya Tsunami? Berikut Penjelasannya
Pemicu yang tepat untuk tanah longsor bawah laut pada masa lalu di kawasan itu belum diketahui secara pasti.
Kendati demikian, para peneliti telah menemukan penyebab yang paling mungkin, yaitu karena pencairan es gletser oleh iklim yang memanas.
Berakhirnya periode glasial periodik Bumi menyebabkan lapisan es menyusut dan surut, sehingga meringankan beban pada lempeng tektonik Bumi dan membuat mereka melambung ke atas dalam proses yang dikenal sebagai rebound isostatik.
Setelah lapisan sedimen lemah menumpuk dalam jumlah yang cukup banyak, maka hulu benua Antartika dapat memicu gempa Bumi yang menyebabkan kerikil kasar di atas lapisan licin meluncur dari tepi landas kontinen dan menyebabkan tanah longsor yang memicu tsunami.
Sementara itu, skala dan ukuran gelombang laut purba tidak diketahui, akan tetapi para ilmuwan mencatat bahwa dua tanah longsor bawah laut yang relatif baru menghasilkan tsunami besar dan menyebabkan korban jiwa yang signifikan, yakni tsunami Grand Banks 1929 dan tsunami Papua Nugini 1998.
Saat itu, tsunami Grand Banks 1929 menghasilkan gelombang setinggi 42 kaki (13 meter) dan membunuh sekitar 28 orang di lepas pantai Newfoundland Kanada. Sementara tsunami Papua Nugini 1998 melepaskan gelombang setinggi 49 kaki (15 meter) yang merenggut 2.200 jiwa.
Dengan banyaknya lapisan sedimen yang terkubur di dasar laut Antartika dan gletser di atas daratan perlahan mencair, para peneliti memperingatkan, bahwa pencairan gletser yang menyebabkan tsunami dan tanah longsor di masa lalu bisa kembali terjadi di masa depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya