Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Suherman
Analis Data Ilmiah BRIN

Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat ASEAN, Peraih medali emas CONSAL Award

Leluhur Bangsa Indonesia Berbudaya Lisan: Fakta atau Mitos? (Bagian I)

Kompas.com - 25/05/2023, 09:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ADA hal yang menggelitik membaca artikel “Mengapa Orang Indonesia (Masih) ‘MalasMembaca? Tulisan Agung Setiyo Wibowo di kolom Kompas.com (12/05/2023).

Beliau mengatakan bahwa salah satu penyebab orang Indonesia tidak suka membaca karena warisan budaya dari nenek moyang yang bertradisi lisan.

Pendapat serupa sudah sering dikemukan banyak orang pada saat membahas budaya baca bangsa Indonesia.

Sampai saat ini belum ada penelitian yang komprehensif mengenai rendahnya budaya baca masyarat Indonesia, juga belum ada upaya yang integral untuk meningkatkannya.

Namun pendapat yang sering kita dengar baik dari para akademisi, politisi, maupun birokrat bahwa rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia karena masyarakat kita lebih bersifat budaya lisan daripada budaya tulisan.

Keadaan tersebut terjadi karena faktor sejarah atau karena pewarisan dari nenek moyang kita yang lebih berisfat budaya oral daripada budaya literal.

Selain itu, masyarakat Indonesia diduga telah mengalami “lompatan budaya” dari budaya lisan langsung ke budaya visual (nonton), tanpa melalui budaya literasi atau tulisan.

Berbeda dengan budaya masyarakat maju yang perjalanan sejarahnya bersifat linear, yaitu dari budaya pra-literasi, literasi, dan post-literasi.

Pendapat di atas sering dijadikan alasan untuk tetap hidup tanpa berusaha untuk meningkatkan kebiasaan membaca.

Terlebih bagi mereka yang memang malas membaca merasa ada legitimasi historis untuk tetap malas membaca.

“Habis mesti gimana lagi, dari sananya memang begitu,” kata mereka yang malas membaca.

Tulisan ini mencoba untuk menelusuri tradisi literasi bangsa Indonesia, terutama dilihat dari hasil-hasil kesusasteraan dalam setiap fase waktu penulisannya.

Betulkan nenek moyang kita tidak mengenal tradisi literasi ataukah ini hanya sekadar mitos?

Tidak diketahui secara pasti kapan bangsa Indonesia bersentuhan dengan perdaban literasi atau tulis-menulis.

Yang banyak dibahas adalah sejarah kesusateraan Indonesia yang biasanya berisi tentang periodisasi sastra yang dimulai dengan Sastra "Melayu Lama", yaitu karya sastra di Indonesia antara tahun 1870-1942, yang berkembang di lingkungan masyarakat Sumatera seperti Langkat, Tapanuli, Padang dan daerah Sumatera lainnya, China dan masyarakat Indo-Eropa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mungkinkah 'Psywar' Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Mungkinkah "Psywar" Penonton Pengaruhi Hasil Akhir Pertandingan Sepak Bola?

Tren
Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Asal-usul Nama Borneo, Sebutan Lain dari Pulau Kalimantan

Tren
Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Jokowi Beri Izin Tambang, NU Gercep Bikin PT tapi Muhammadiyah Emoh Tergesa-gesa

Tren
Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Kronologi Bos Rental Mobil Asal Jakarta Dikeroyok Warga hingga Tewas di Pati

Tren
Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Nilai Tes Ulang Rekrutmen BUMN Lebih Rendah dari yang Pertama, Masih Berpeluang Lolos?

Tren
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1445 H Jatuh pada Senin 17 Juni 2024

Tren
Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Teka-teki Penguntitan Jampidsus yang Belum Terjawab dan Kemunculan Drone di Atas Gedung Kejagung

Tren
Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Viral Video Sekuriti Plaza Indonesia Disebut Pukuli Anjing Penjaga, Ini Kata Pengelola dan Polisi

Tren
Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tiket KA Blambangan Ekspres Keberangkatan mulai 18 Juni 2024 Belum Bisa Dipesan, Ini Alasannya

Tren
Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Panglima Sebut TNI Bukan Lagi Dwifungsi tapi Multifungsi ABRI, Apa Itu?

Tren
Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Beredar Uang Rupiah dengan Cap Satria Piningit, Bolehkah untuk Bertransaksi?

Tren
Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi 'Fraud'

Laporan BPK: BUMN Indofarma Terjerat Pinjol, Ada Indikasi "Fraud"

Tren
5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

5 Perempuan Pertama di Dunia yang Menjadi Kepala Negara, Siapa Saja?

Tren
Bingungnya Keluarga Vina, Dulu Minim Saksi, Kini Banyak Bermunculan

Bingungnya Keluarga Vina, Dulu Minim Saksi, Kini Banyak Bermunculan

Tren
Profil Gudfan Arif, Bendahara Umum PBNU yang Bakal Pimpin Perusahaan Tambang NU

Profil Gudfan Arif, Bendahara Umum PBNU yang Bakal Pimpin Perusahaan Tambang NU

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com