Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Berapa Lama Sekarang

Kompas.com - 18/05/2023, 20:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DARI sekian banyak judul buku yang membingungkan otak bebal saya adalah sebuah buku serial terbitan New Scientist dengan judul “How Long Is Now”.

Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, maka judul buku itu kira-kira menjadi “Berapa Lama Sekarang”.

Pertanyaan “berapa lama sekarang” sekilas terkesan sederhana saja, setara sederhana dengan pertanyaan “berapa lama aku harus menunggu kamu” atau “berapa lama perjalanan darat lewat jalan tol dari Jakarta ke Surabaya“ yang memang bisa mudah dijawab dengan ukuran waktu menit atau jam.

Namun setelah direnung lebih jauh, pertanyaan “berapa lama sekarang” ternyata tidak terlalu mudah untuk dijawab sebab apa yang disebut sebagai “sekarang” merupakan sesuatu tak benda abstrak yang sama sulit bahkan sama mustahil ditafsirkan secara obyektif setara dengan apa yang disebut sebagai “waktu”.

Makna yang terkandung di dalam istilah kontemporer, yakni “jaman now” memang dapat diterjemahkan sebagai masa kini atau masa sekarang. Namun mengenai berapa lama sekarang kita tetap bisa berdebat sampai mulut habis berbuih di akhir zaman.

Bisa saja kita memaksakan diri untuk bilang "sekarang ya sekarang", yaitu pada saat kita bilang sekarang.

Namun pada saat kita berhenti bilang sekarang sebenarnya sang sekarang an sich sudah berlalu alias lewat menjadi sekarang di saat kita bilang sekarang adalah sekarang, maka sebenarnya sekarang sudah berubah menjadi masa lalu alias menjadi bukan sekarang lagi meski sebutannya tetap sekarang.

Penzonaan waktu bikin masalah makin rumit. Misalnya, di Jakarta kita bilang bahwa sekarang adalah pukul 12.20 Waktu Indonesia Barat, maka sekarang di Denpasar adalah pukul 13.20 Waktu Indonesia Timur akibat Denpasar terletak di timur Jakarta.

Sementara di Singapura yang terletak di barat laut Jakarta sekarang adalah sama dengan Denpasar yang terketak di timur Jakarta, yaitu pukul 13.20 dan sekarang di Los Angeles 23.20 serta sekarang di Basse Terre 01.20.

Sementara saya menulis naskah tentang sekarang ini planet bumi terus berputar maka yang namanya waktu juga terus bergerak maju ke masa depan sebelum ditemukan teknologi yang bisa memutar balik waktu untuk bergerak mundur ke masa lalu.

Di dalam buku berjudul “How Long Is Now” itu juga hanya ada ulasan yang mengambang ke sana ke mari dipandang dari berbagai aspek, namun tidak ditemukan jawaban yang paripurna sempurna tepat dan tegas terhadap pertanyaan “How Long Is Now”.

Maka saya tidak malu untuk mengaku tidak sanggup menjawab pertanyaan berapa lama sekarang, namun sambil tetap optimistis memiliki harapan bahwa ada di antara para pembaca naskah termuat di Kompas.com ini ternyata mampu menjawab pertanyaan berapa lama sekarang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com