Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Abadi di Mawsynram, Daerah Paling Basah di Dunia

Kompas.com - 14/05/2023, 18:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bertengger di ketinggian 1.400 meter di atas punggung perbukitan Khasi timur, India, desa Mawsynram disebut sebagai daerah paling basah di dunia.

Desa tersebut memiliki curah hujan rata-rata 11.862 mm setiap tahunnya.

Sebagai perbandingan, rata-rata curah hujan di Indonesia mencapai 2.702 mm per tahun.

Mawsynram menjadi terkenal setelah pola cuacanya yang unik dan menarik minat para ahli meteorologi.

Dikutip dari The Atlantic, curah hujan tinggi disebabkan oleh arus udara musim panas yang menyapu dataran banjir beruap di Bangladesh.

Hal ini menyebabkan penumpukan kelembapan saat bergerak ke utara.

Baca juga: Indonesia Jadi Pemasok Minyak Nabati Terbesar ke India, Lewati Malaysia

Ketika awan yang dihasilkan menghantam perbukitan curam Meghalaya, mereka "diperas" melalui celah yang menyempit di atmosfer dan dikompresi hingga tidak dapat lagi menahan kelembapannya, menyebabkan hujan yang hampir konstan di desa itu.

Menyusul pengakuan internasional itu, desa tersebut berangsur-angsur berubah menjadi tempat wisata yang banyak dikunjungi para pelancong.

Saat menuju ke Mawsynram, Anda akan disambut dengan lapisan kabut tebal yang mengurangi jarak pandang secara cepat, bahkan hanya 10 meter, dikutip dari Outlook India.

Anda kemudian akan melewati jalanan berliku di sepanjang sisi bukit yang curam dan disambut dengan hujan ringan atau lebat, tergantung dari musim yang tengah berjalan.

Saat melakukan perjalanan menuju Mawsynram, Anda akan melihat para petani mengenakan tameng hujan tradisional yang dikenal sebagai knup, saat merawat ladang mereka.

Baca juga: Wanita Disengat Kalajengking dalam Penerbangan Air India

Terbuat dari bambu dan daun pisang, tameng berbentuk tempurung penyu ini tidak hanya memberikan perlindungan seluruh tubuh, tetapi juga mampu menahan hujan lebat disertai angin kencang, ciri khas daerah tersebut.

Terdiri dari 100 rumah tangga, desa kecil itu sendiri hanya membutuhkan penjelajahan selama satu hari.

Namun disarankan, pengunjung bisa menginap paling tidak satu malam untuk menikmati kehidupan lokalnya.

Malam hari di Mawsynram adalah momen menyenangkan bersama penduduk desa yang diisi dengan berkumpul di lapangan untuk menonton pertandingan sepak bola.

Tidak jauh dari pusat desa, terletak Gereja Presbiterian yang memiliki eksterior megah.

Hari pasar tidak boleh dilewatkan di sini, karena acara itu menawarkan pengalaman indrawi, dengan deretan kios pinggir jalan yang menjual banyak buah, sayuran, daging segar, bunga eksotis, dan rempah-rempah.

Di hari pasar ini pengunjung juga bisa menjajal pusaw, makanan khas desa, yaitu kue beras kukus yang diberi taburan parutan jeruk.

Kudapan ini biasanya tersaji bersama sha saw, teh merah panas yang bisa menghangatkan tubuh dari derasnya hujan Mawsynram yang tidak berjeda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Tren
Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Mengenal Mepamit dan Dharma Suaka, Upacara Jelang Pernikahan yang Dilakukan Rizky Febian-Mahalini

Tren
Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Apa Perbedaan antara CPU dan GPU Komputer? Berikut Penjelasannya

Tren
Kucing Calico dan Tortie Kebanyakan Betina, Ini Alasannya

Kucing Calico dan Tortie Kebanyakan Betina, Ini Alasannya

Tren
10 Mei 'Hari Kejepit', Apakah Libur Cuti Bersama?

10 Mei "Hari Kejepit", Apakah Libur Cuti Bersama?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com