Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Hujan Meteor Eta Aquarid 6 Mei 2023: Catat Jadwal, Proses Terjadinya, Dampak, dan Cara Melihat

Kompas.com - 04/05/2023, 17:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain gerhana Bulan panumbra, masyarakat Indonesia juga bisa menyaksikan fenomena hujan meteor Eta Aquarid pada Sabtu, 6 Mei 2023 mendatang.

Hal tersebut diungkapkan oleh peneliti dari Pusat Penelitian Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni yang menyampaikan bahwa fenomena hujan meteor Eta Aquarid akan terjadi di antara April-Mei 2023.

Di mana, Eta Aquarid akan mengalami fase puncak sekitar 5-6 Mei 2023.

"Puncaknya akan terjadi sekitar 6 Mei 2023, namun pada 6 Mei itu sedang ada gerhana Bulan penumbra, jadi peluangnya untuk terlihat akan lebih kecil," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (4/5/2023).

Baca juga: LINK Live Streaming Gerhana Bulan Penumbra 5 Mei 2023

Baca juga: 9 Fenomena Astronomi 2023, dari Hujan Meteor hingga Gerhana

Proses terjadinya Eta Aquarid

Lebih lanjut, Emanuel menjelaskan, Eta Aquarid merupakan fenomena hujan meteor yang disebabkan oleh butir-butir debu dan pasir yang dilepaskan komet Halley.

Di mana komet Hally tersebut beredar sekitar 76 tahun untuk satu kali putarannya.

"Dalam prosesnya, akan ada kilatan cahaya dari arah Aquarius. Nantinya kilatan tersebut dapat diamati pada arah timur dini hari, antara pukul 2-6 pagi," terangnya.

"Kemudian, pada puncaknya nanti, bisa terlihat hingga 30 meteor/jam. Fenomena tersebut bisa dilihat ketika langit sedang gelap tidak berawan dan tidak berbulan," sambungnya.

Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa hujan meteor merupakan siklus tahunan ketika Bumi beredar dalam orbitnya saat mengelilingi Matahari.

Baca juga: Cara Melihat Puncak Hujan Meteor Eta Aquarid 6 Mei 2023, Catat Waktu dan Arahnya

Cara melihat fenomena Eta Aquarid

Emanuel menyampaikan, fenomena alam tersebut dapat diamati di seluruh wilayah Indonesia.

Masyarakat yang ingin menyaksikan hujan meteor Eta Aquarid tersebut bisa melihatnya secara langsung tanpa harus menggunakan alat bantu, seperti halnya saat gerhana Matahari hibrida beberapa waktu lalu.

Meskipun begitu, ia menyarankan agar masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena alam tersebut untuk melihat ke arah timur di mana Eta Aquarid akan muncul.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Satelit Terbesar Saturnus Titan Ditemukan

Apa dampak dari Eta Aquarid?

Ilustrasi meteor yang terbakar dalam lapisan mesosfer atmosfer. pixabay.com Ilustrasi meteor yang terbakar dalam lapisan mesosfer atmosfer.
Emanuel menyampaikan, fenomena hujan meteor Eta Aquarid yang akan terjadi pada 6 Mei mendatang tidak akan berdampak signifikan bagi bumi.

"Tidak ada dampak yang akan terjadi, karena sepanjang malam dalam sepanjang tahun selalu ada hujan meteor meskipun dengan nama yang berbeda-beda," ucapnya.

Baca juga: Gerhana Bulan Panumbra 5-6 Mei 2023: Proses Terjadinya, Jadwal, Lokasi, Dampak, dan Cara Melihat

Kecepatan hujan meteor Eta Aquarid

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (3/5/2023), puncak hujan meteor Eta Aquarid terjadi pada bulan Mei setiap tahunnya.

Menurut National Aeronautics and Space Administration (NASA), hujan meteor Eta Aquarid dikenal karena kecepatannya, yakni sekitar 148.000 mph (66 km/detik) ke atmosfer Bumi.

Meteor yang cepat dapat meninggalkan "rangkaian panjang" yang bersinar (puing-puing pijar setelah meteor), yang berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit.

Secara umum, sekitar 30 meteor Eta Aquarid dapat dilihat per jam selama puncak hujan meteor terjadi.

Baca juga: NASA Tawarkan Rp 502,3 Juta untuk Desain Toilet di Bulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Kata 'Duit' Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Kata "Duit" Disebut Berasal dari Belanda dan Tertulis di Koin VOC, Ini Asal-usulnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com