Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Kapal Maersk Alabama Dibajak Perompak Somalia

Kompas.com - 08/04/2023, 08:15 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Drama pembajakan kapal pengangkut barang Maersk Alabama di Samudera Hindia terjadi pada 8 April 2009.

Pembajak asal Somalia berhasil naik ke atas Maersk Alabama, sempat menyandera awak, dan menyekap kapten kapal dalam sekoci di lautan lepas.

Pembajakan tersebut berlangsung dramatis hingga 12 April 2009 dan berakhir setelah pasukan angkatan laut khusus AS Navy Seal menembak mati tiga perompak.

Berikut kronologi pembajakan Maersk Alabama yang menandai pertama kalinya perompak menginjakkan kaki di atas kapal berbendera AS dalam 200 tahun terakhir.

Baca juga: Kisah Al-Mansur, Kapal Pesiar Megah Saddam Hussein yang Kini Terbengkalai Jadi Tempat Minum Teh Para Nelayan


Awal mula Maersk Alabama dibajak

Maersk Alabama yang 14 tahun lalu dibajak perompak memiliki panjang 155 meter, mengangkut 21 awak, dan dipimpin oleh kapten Richard Philips.

Dilansir dari Britannica, pembajakan dimulai ketika kapal ini mendekati lepas pantai Somalia setelah memulai pelayaran pada awal April 2009.

Sebelum mendekat ke lepas pantai Somalia, Philips sudah diberi peringatan untuk menjauhi wilayah tersebut karena rawan pembajakan.

Namun Kapten Philips tidak mengubah arah perjalanan Maersk Alabama hingga akhirnya sebuah speedboat kecil mendekat ke kapal ini pada 8 April 2009.

Speedboat tersebut ditumpangi oleh empat perompak bersenjatakan AK-47. Kemudian, dua perompak dapat naik ke Maersk Alabama.

Dari situlah drama pembajakan Maersk Alabama selama empat hari di Samudera Hindia dimulai.

Baca juga: Kisah Kapal Pesiar Mewah Tenggelam gara-gara Kapten Ingin Pukau Wanita

Awak kapal beri perlawanan

Sebelum perompak naik ke atas kapal, awak Maersk Alabama sempat memberi perlawanan menggunakan suar dan alat pemadam kebakaran.

Namun, usaha tersebut tidak mampu menahan dua perompak untuk naik ke atas kapal yang selanjutnya disusul oleh dua perompak lainnya.

Awak Maersk Alabama yang berada dalam bahaya segera menonaktifkan kapal mereka dan lari ke ruang kemudi.

Namun Kapten Philips tak sempat kabur dan akhirnya ditangkap perompak.

Awak kapal menyandera perompak

Ketika Philips ditangkap, awak Maersk Alabama ada yang bersembunyi di bawah dek untuk melarikan diri.

Perompak lalu menyuruh salah satu awak Maersk Alabama untuk menjemput teman-teman lainnya yang bersembunyi.

Namun, perompak yang meminta awak Maersk Alabama untuk mencari teman-temannya malah disandera.

Awak Maersk Alabama yang bersembunyi menyekap perompak tersebut dan menjadikannya sebagai tawanan.

Perompak yang masih berkeliaran di kapal kemudian bernegosiasi dengan awak Maersk Alabama yang menyandera temannya.

Dari sini, perompak yang disekap akhirnya dibebaskan oleh awak Maersk Alabama, namun Philips tetap disandera.

Baca juga: Kronologi Kawanan Perompak Bajak Kapal Tanker di Perairan Morosi, Pelaku Gasak Uang Tunai hingga Ayam Thailand

Tentara AS terima sinyal darurat

Ketika pembajakan berlangsung, awak Maersk Alabama sempat mengirimkan sinyal darurat yang kemudian diterima Pemerintah Amerika Serikat.

Tentara AS lalu menerjukan kapal perang untuk mengikuti Maersk Alabama yang sedang dibajak perompak.

Saat menunggu kedatangan tim penyelamat, awak Maersk Alabama bergulat dengan kondisi berbahaya karena mereka harus membebaskan kapten kapal yang disandera.

Perompak juga menuntut uang tebusan Rp 29,8 miliar sebagai tebusan untuk Philips jika ingin diselamatkan.

Perompak kemudian bertindak nekat dengan menyekap Philips dalam sekoci yang dilepas di Samudera Hindia sehingga awal Maersk Alabama benar-benar terpisah dengan kapten mereka.

Sekoci tersebut juga ditumpangi oleh tiga perompak bersenjata.

Baca juga: 4 Perompak Ditangkap, Kerap Beraksi di Perairan Kepulauan Seribu

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com