Christin menyampaikan, yang jadi persoalan adalah ketika seseorang berbicara sendiri dan dirinya merasa berada di alam atau di tempat lain, maka itu bisa saja merupakan gangguan psikologi.
Ia memberikan contoh, saat seseorang menonton film dan yang bersangkutan mendalami cerita dalam film tersebut, kemudian dia merasa menjadi tokoh dalam film hingga lupa dengan kehidupan sebenarnya atau kehidupan nyata, maka ini bisa menjadi gangguan.
"Seseorang mengalami gangguan mental atau tidak, bisa diketahui dengan apakah dia masih bisa kontak dan membedakan antara imajinasi dengan kenyataan dalam hidupnya," jelasnya.
"Jika seseorang masih bisa membedakan antara imajinasi dan realitas, maka berbicara sendiri itu adalah hal yang normal," tambahnya.
Saat disinggung perihal berbicara sendiri dikaitkan dengan orang cerdas, menurutnya tidaklah relevan.
Christin menyampaikan bahwa orang cerdas jika berbicara, maka akan berdasarkan dari data-data. Selain itu, orang cerdas juga mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Ia memberikan contoh, saat seseorang berbicara sesuatu yang aneh tentang masa depan, kita harus tahu bagaimana kehidupan dia sehari-hari. Apakah kesehariannya dalam beradaptasi dengan orang lain normal dan nyambung saat diajak bicara atau tidak.
"Jika kesehariannya normal dan tidak aneh (perilakunya), maka bisa saja kebiasaannya berbicara tersebut merupakan tanda dari kecerdasannya," ujar Christin.
Baca juga: Mengenal Magic Mushroom, Jamur Penyebab Halusinasi yang Masuk dalam Narkotika Golongan I
Jika imajinasinya berupa pengembangan ide-ide dan rasional, itu bisa saja masuk ke kecerdasan. Namun, jika imajinasi yang dimaksud adalah halusinasi, maka itu berkaitan dengan gangguan psikologi.
"Jadi harus jelas dulu, bayangan atau imajinasinya itu seperti apa," ungkapnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/3/2023).
Baca juga: Manfaat Puasa bagi Kesehatan Mental, Apa Saja?
Ia mengatakan, jika imajinasinya berupa halusinasi, maka itu adalah sesuatu yang tidak nyata dan tidak baik bagi kesehatannya.
Halusinasi sendiri memiliki bentuk yang bermacam-macam, ada halusinasi pikiran, halusinasi penglihatan, dan sebagainya.
"Jika yang dibayangkan adalah tentang fake skenario tentang masa depan itu imajinasi yang tidak realistis, maka itu bisa masuk ke dalam salah satu gangguan psikologi," jelasnya.
Jika itu dilakukan secara terus menerus dan mengambil alih pikirannya, maka itu bisa masuk dalam obsesi yang tentu bisa menggangu kesehatan mentalnya.
Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental, Apa Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.