Dari tunas edelweis rawa, butuh waktu 2 bulan hingga tanaman itu bisa dipetik.
Untuk kembali membudidayakannya, ia harus menunggu selama 4 bulan sampai tunas tanaman tersebut tumbuh dan bisa ditanam kembali.
Selama membudidayakan edelweis rawa, Mang Uprit mengaku kalau waktu panen merupakan saat yang paling ia sukai.
Ia menjual satu ikat bunga edelweis rawa yang berjumlah lebih dari 20 ikat dengan harga Rp 10.000. Untuk bunga yang diberi vas, harganya Rp 25.000 hingga Rp 35.000.
"Buat saya, cukuplah untuk keluarga," ujarnya.
Ia menambahkan, selama ini, pengembangbiakkan edelweis rawa dilakukan secara mandiri. Modal dan tenaga pekerja berasal dari dirinya. Ia juga tidak meminta bantuan dari Perhutani.
Sayangnya, usaha Mang Uprit dalam mengembangkan bunga yang ia sebut bisa awet bertahun-tahun ini tidak lepas dari berbagai masalah.
"Kesulitannya, manusia. Ada yang ngambil, dipotong, atau aktivitas pelatihan mahasiswa dari kampus," jelasnya.
Padahal, jumlah bunga tersebut terbatas. Mang Uprit juga menanam edelweis rawa seorang diri meski kadang dibantu oleh seorang temannya.
Baca juga: Ramai karena Atta Halilintar dan Aurel, Ini Aturan dan Sanksi Memetik Bunga Edelweis
Usaha keras Mang Uprit membudidayakan edelweis rawa selama 2 tahun menjadi sia-sia saat sekelompok pengendara motor trail merusak lahannya.
Diperkirakan 2.000 tangkai edelweis rawa di lahan Mang Uprit hancur dilindas roda-roda motor trail.
"Roda-roda motor trail itu berputar mengenai beberapa pohon. Bunganya hancur seperti diblender," ujarnya.
Meski begitu, ia bersyukur banyak pihak yang akhirnya memberikan bantuan berkat videonya viral di media sosial.
"Perhutani dan pencinta lingkungan memberikan respons sangat baik sekali. Komunitas trail yang tidak ikut merusak juga bantu penanaman," jelasnya.
Mang Uprit menjelaskan, ia dibantu berbagai pihak mulai melakukan perbaikan dan pananaman edelweis rawa lagi mulai Rabu (8/3/2023).