Diberitakan BBC, 3 Febrari 2012, para korban yang selamat menceritakan bahwa kapal feri itu dihantam ombak besar sebelum terguling dan tenggelam.
Beberapa orang harus berpegangan pada puing-puing di air sebelum mereka diselamatkan oleh enam kapal dagang otoritas Australia.
"Kami menemukan sejumlah kapsul (rakit pelampung) tanpa ada orang di dalamnya," kata Rony Naigu, seorang petugas penyelamat dari otoritas keamanan laut Papua Nugini.
Perusahaan pemilik feri MV Rabaul Queen, Rabaul Shipping mengatakan, ferinya melakukan perjalanan dengan "rute rutin" antara Kimbe dan Lae, yang dilakukan setiap minggu selama 11 tahun tanpa kecelakaan.
Rabaul Shipping juga mengatakan bahwa telah memberi tahu Otoritas Keselamatan Maritim Australia (Amsa) setelah feri itu menghilang dari sistem pelacakan satelit.
Baca juga: Viral, Video Bus Damri Terpaksa Turun dari Kapal Feri di Pelabuhan Merak, Apa Sebabnya?
Jumlah korban sulit ditetapkan karena tidak adanya manifes kapal.
Dilansir dari ABC, 13 April 2016, setidaknya 140 orang tewas dalam insiden tersebut.
Akan tetapi seorang saksi, George Turme, mahasiswa berusia 20 tahun menyebutkan bahwa feri tersebut bermuatan lebih dari 500 penumpang dalam perjalanannya.
Dikutip dari Sydney Morning Herald, 21 April 2012, disebutkan saat itu para penumpang berdesak-desakan di atas geladak.
Sehingga, untuk tidur bahkan duduk saja tidak mungkin bagi kebanyakan orang.
Turme menghabiskan sebagian besar perjalanannya ke area toilet bersama pria lain. Hanya ada 50 kursi dalam feri tersebut.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Air India Jatuh di Pegunungan Alpen, 106 Penumpang dan 11 Kru Tewas
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.