Canterbury Tales karya George Chaucer menggambarkan hari Jumat sebagai "hari kemalangan" dan penulis drama Robert Greene mendefinisikan "wajah Jumat" sebagai "tampilan sedih karena cemas atau sedih".
Baca juga: Friday The 13th Banyak Diyakini sebagai Hari Sial, Mengapa?
Dilansir dari CNN (13/12/2019), komposer besar Austria-Amerika Arnold Schoenberg memiliki kasus triskaidekaphobia yang parah, atau ketakutan akan angka 13.
Sehingga ia menghilangkan penomoran hitungan ke-13 dalam beberapa karyanya, dan menggantinya dengan notasi "12a".
Dia juga dilaporkan sangat takut mati pada tahun atau pada usia kelipatan 13.
Ketika dia berusia 76 tahun, seorang rekan menyarankan itu akan menjadi tahun sial karena 7 + 6 = 13.
Ironis, Schoenberg memang meninggal tahun itu, pada tanggal 13 Juli 1951.
Baca juga: 7 Mitos soal Kucing, Jangan Lagi Percaya
Histeria Friday the 13th yang sesungguhnya dimulai pada abad ke-20.
Saat itu, banyak pialang saham yang memilih tanggal itu untuk sengaja menghancurkan pasar saham.
Satu tahun kemudian pada tahun 1908, The New York Times menjadi salah satu media pertama yang mengakui takhayul hari Jumat tanggal 13.
Kemudian di tahun 1980-an, popularitas franchise film Friday the 13th menambah fenomena budaya tersebut.
Ahli matematika dan penulis Joesph Mazur menjelaskan bagaimana memiliki takhayul sebenarnya dapat meningkatkan mentalitas yang sehat dan positif.
“Semua orang menginginkan keberuntungan, tetapi karena tidak ada benda berwujud yang dapat kita sebut keberuntungan, kita harus menciptakan benda berwujud itu dengan mentransfernya ke suatu obyek. Orang-orang memegang benda-benda itu sebagai rasa aman.”
Dengan logika itu, Jumat tanggal 13 bisa sama beruntungnya dengan tidak beruntung, tergantung pada pandangan Anda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.